Soal Batu Bara Digugat ‘Muncul Ajakan Selamatkan Iklim’

Kuta, Kompas - Puluhan aktivis Greenpeace dari dalam dan luar negeri menggelar unjuk rasa di Pantai Kuta, Bali, Senin (4/6). Mereka menggugat penggunaan batu bara sebagai sumber energi listrik yang merupakan penyebab utama terjadinya pemanasan global. Mereka juga memprotes pertemuan industri batu bara Asia \"13th Annual Coaltrans Asia 2007\" di Nusa Dua, Bali, 3-6 Juni 2007. Nur Hidayati, juru kampanye iklim dan energi Greenpeace Asia Tenggara, menyatakan, emisi karbon dioksida adalah penyebab utama pemanasan global. Konsumsi batu bara dunia diperkirakan 5,3 miliar ton per tahun, 75 persen untuk pembangkit listrik. Indonesia merupakan pengekspor batu bara termal (steam coal) berkapasitas 25 miliar ton tahun 2006 dan menargetkan ekspor 149 miliar ton tahun ini. Kenaikan temperatur global rata-rata 2 derajat Celcius mengancam jutaan orang dengan risiko kelaparan, malaria, banjir, atau sebaliknya krisis air. Greenpeace menuntut penerapan lima dasar revolusi energi, yakni solusi energi lebih terbarukan, penghargaan pada keterbatasan alami lingkungan hidup, pengurangan sumber energi kotor dan tidak lestari, keadilan pemanfaatan sumber daya alam, serta pengurangan drastis pertumbuhan ekonomi dari konsumsi bahan bakar fosil. Selamatkan iklim Di Bandung, peringatan Hari Lingkungan Hidup, Senin (4/6), diisi dengan kampanye bertema \"Save The Climate\" (Selamatkan Iklim). Menurut Ketua Panitia Anggi Doli Wiranata, kegiatan diisi dengan program mengurangi emisi, Selasa, dengan imbauan agar masyarakat tidak mengeluarkan asap kendaraan atau rokok selama dua menit. Gubernur Kalimantan Selatan Rudy Ariffin melalui surat keputusan nomor 188.44/0151A/KUM/2007 menetapkan empat dari sembilan perusahaan di bidang karet, batu bara, dan kelapa sawit masuk kategori berkinerja merah karena sangat kurang dalam pengelolaan lingkungan. Sementara itu, seorang tukang becak di Banjarmasin, Mohammad Syamsuddin, diberi penghargaan Abdi Persada Lingkungan karena menanam lebih dari 5.000 pohon. Pemilik Pulau Samber Gelap, Kabupaten Kotabaru, Abdul Paris, juga menerima penghargaan serupa karena melestarikan penyu hijau dan sisik di pulau itu. Keduanya direkomendasikan untuk penghargaan Kalpataru dari pemerintah pusat.

sumber: