PT BA Lakukan Diversifikasi Briket
Suara Pembaruan, 14 Juni 2004 PALEMBANG - PT Tam-bang Batu Bara Bukit Asam (PT BA) akan meningkatkan produksi briket batu bara untuk mengimbangi permintaan industri kecil dan rumah tangga. Selain itu, BA juga akan melakukan diversivikasi briket arang jenis batok kelapa, briket arang kayu, dan karbon aktif.
Direktur Utama PT BA Tbk, Ismet Harmaini, di Palembang, pekan lalu mengatakan, mulai tahun 2004, perusahaan yang dipimpinnya akan lebih memfokuskan perhatiannya pada usaha memproduksi briket, dengan meningkatkan produksi pabrik briket yang sudah ada di Sumatera dan Jawa.
Sekarang PT BA sudah memproduksi briket dari batu bara dan usaha diversifikasi briket yang dilakukan PT BA Tbk adalah dengan memproduksi briket dari arang limbah kayu, briket arang batok kelapa, dan karbon aktif. Briket jenis ini paling banyak diminati pasar domestik dan ekspor, ujarnya.
Menurut Ismet Harmaini, pada tahun 2005 usaha briket ini sudah bisa mencapai break even point (titik impas), walaupun selama tahun 2002 dan 2003 usaha briket batu bara ini masih menderita kerugian.
Berdasarkan laporan tahunan PT BA Tbk tahun 2003, realisasi penjualan briket secara keseluruhan dari tiga lokasi pabrik adalah sebesar 21.089 ton atau turun 6,7 persen dibanding produksi tahun 2002 yang sebesar 22.608 ton. Itu berarti pengusahaan briket batu bara tahun 2003 mengalami kerugian sebesar Rp 25,15 miliar atau naik 10 persen dibanding kerugian tahun sebelumnya sebesar Rp 22,87 miliar.
Kerugian itu disebabkan harga jual masih lebih rendah dari harga pokok penjualan.
Tahun 2004 PT BA menargetkan kerugian pengusahaan briket dapat ditekan, dengan menaikan harga jual briket batu bara dan melakukan diversifikasi usaha, seperti memproduksi briket arang limbah kayu, briket arang batok kelapa, dan karbon aktif.
Saat ini PT BA telah memiliki pabrik briket di Tanjung Enim dengan kapasitas 10.000 ton per tahun, di Bandarlampung dengan kapasitas 5.000 ton per tahun, dan di Gresik, Jawa Timur dengan kapasitas 120.000 ton per tahun.
Dengan kapasitas pabrik yang besar dan belum optimal, PT BA Tbk optimistis pasar briket di dalam dan di luar negeri masih cukup prospektif. Seperti Korea membutuhkan briket arang limbah kayu dalam jumlah yang besar setiap tahunnya.
Dengan kondisi harga minyak bumi yang sedang tinggi, yang bisa menaikan harga BBM, menurut Ismet, briket bisa menjadi energi alternatif. Dikatakan, jika harga BBM mahal, maka perlu mencoba menggunakan briket
sumber: