Indonesia Berada di Urutan 139 Negara Tujuan Investasi

Jakarta, Kompas - World Investment Report 2004 menempatkan Indonesia pada urutan ke-139 dari 144 negara yang pada saat ini menjadi tujuan investasi di dunia. Indonesia hanya lebih baik daripada beberapa negara di Amerika Tengah serta Suriname. Belgia, Luksemburg, dan Brunei Darussalam berada di barisan atas negara yang paling diminati para penanam modal. Sementara pada saat yang sama, Indonesia juga tidak termasuk dalam jajaran negara-negara berkembang penanam modal utama yang mampu melampaui tingkat investasi yang dilakukan negara-negara maju.

Hal tersebut terungkap dalam "Peluncuran World Investment Report 2004: The Shift Toward Services" di Jakarta, Rabu (22/9), yang menghadirkan Direktur United Nations Information Centre (UNIC) Abdullah Saleh Mbamba dan Sekretaris Jenderal Multilateral Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan Departemen Luar Negeri Budi Bowoleksono.

Dalam Lembaran Fakta World Investment Report (WIR) 2004 mengenai Indonesia disebutkan Indonesia berada pada urutan ke-139 dari 144 negara yang menjadi tujuan investasi di dunia. Dengan demikian, Indonesia hanya setingkat lebih baik dibandingkan dengan beberapa negara Amerika Tengah serta Suriname yang berada di posisi terakhir.

Data WIR 2004 tersebut menunjukkan negara dengan tujuan investasi pertama adalah Belgia dan Luksemburg, disusul oleh Brunei Darussalam di urutan kedua, dan Azerbaijan di urutan ketiga. Setelah itu, berturut-turut pada posisi keempat hingga ke-10 terdapat Irlandia, Angola, Singapura, Gambia, Kazakhstan, Hongkong-China, dan Estonia.

Data yang sama mengungkapkan bahwa Indonesia pun tidak lebih baik daripada negara-negara anggota ASEAN dan negara-negara di kawasan Asia lainnya. Hal itu terjadi karena China berada di posisi ke-37, kemudian Vietnam di urutan ke-38, Malaysia di urutan ke-75, Myanmar ke-85, Thailand di urutan ke-87, Filipina di urutan ke-96, kemudian Sri Lanka di posisi ke-104.

Posisi Indonesia juga lebih buruk dibandingkan dengan India yang berada di posisi ke-114, kemudian Taiwan di urutan ke-117, Korea Selatan ke-120, serta Jepang yang berada di urutan ke-132. Iran, Kuwait, dan Arab Saudi sendiri berada pada posisi yang lebih baik, yaitu masing-masing pada urutan ke-136, 137, dan 138.

Budi Bowoleksono mengatakan, data WIR 2004 tersebut menunjukkan bahwa sebagian kawasan di dunia tengah mengalami penurunan arus investasi asing. Situasi tersebut dipersulit lagi dengan bertambah ketatnya persaingan di antara negara berkembang dalam menarik investasi asing.

"Sebagaimana negara lainnya, Indonesia perlu meningkatkan segala upaya untuk memperbaiki iklim investasi sehingga tidak tertinggal dalam persaingan itu," kata Budi Bowoleksono.

Menurut dia, pihaknya menyadari bahwa situasi dalam negeri merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan para investor setelah menilai indikator-indikator ekonomi umum. Kondisi dalam negeri yang paling banyak mendapatkan sorotan adalah masalah keamanan.

"Oleh karena itu, upaya pemerintah untuk mengungkapkan kasus-kasus peledakan bom di Indonesia harus mendapatkan dukungan penuh. Kita perlu berupaya bersama- sama menjadikan Indonesia bebas dari serangan terorisme," kata Budi.

Lampaui negara maju

Sementara itu, Direktur UNIC Abdullah Saleh Mbamba mengatakan bahwa investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) tahunan dari beberapa negara berkembang yang ditanamkan ke negara lain telah melampaui nilai investasi yang dilakukan oleh negara-negara maju dalam 15 tahun terakhir ini. Pada tahun 2003, misalnya, nilai investasi keluar (outward) dari negara-negara berkembang telah mencapai 6 persen dari total nilai arus investasi keluar di seluruh dunia, yakni mencapai sekitar 0,9 triliun dollar AS.

"FDI dari negara-negara berkembang menuju negara-negara berkembang lainnya mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan FDI dari negara berkembang menuju negara-negara maju," kata Abdullah.

Negara-negara seperti Malaysia, Korea Selatan, dan Singapura disebutkan telah dikenal sebagai negara-negara penanam modal utama di antara negara-negara berkembang lainnya. Sementara Cile, Meksiko, dan Afrika Selatan dilaporkan segera menyusul, bersama dengan China, Brasil, dan India.

WIR 2004 mengungkapkan bahwa arus investasi langsung ke Indonesia menunjukkan arus negatif, atau terjadi arus modal dari dalam ke luar negeri pada tahun 2003, yakni sebesar 597 juta dollar AS. Arus modal keluar tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah arus modal yang memang sengaja ditanamkan oleh perusahaan lokal ke luar negeri, mencapai 130 juta dollar AS.

Pengamat ekonomi dari Center for Strategic and International Studies (CSIS), Pande Radja Silalahi, menegaskan bahwa kondisi arus investasi di Indonesia tersebut dinilai sangat mengkhawatirkan. Hal itu disebabkan arus modal yang masuk sudah terhenti sejak tahun 1999 hingga tahun 2003.

"Berdasarkan data WIR 2004 dapat terlihat, pada tahun 1999 arus modal keluar telah mencapai 1.866 juta dollar AS, lalu 4.550 juta dollar AS setahun kemudian, lalu mencapai 2.977 juta dollar AS pada tahun 2001. Itu berarti tak ada investasi yang masuk," kata Pande Radja Silalahi.

sumber: