Proyeksi Kerja Sama Mineral Kritis Indonesia dengan Northern Territory-Australia

Jakarta (18/2/2025), telah berlangsung sosialisasi MoU Critical Mineral and Strategic Material Supply Chain kepada perusahaan tambang di Indonesia sekaligus pembahasan Indonesia NT Mineral Roadshow sebagai tindak lanjut brafaks Konsulat RI Darwin No B-00009/Darwin/250114 tanggal 16 Januari 2025.

Turut hadir delegasi Pemerintah Northern Territory (NT)-Australia, Hon Robyn Cahill. Sementara delegasi Indonesia dihadiri oleh Wakil Menteri Luar Negeri, Arie Havas Oegroseno, kemudian Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, serta Direktur Pembinaan Program Mineral dan Batubara Julian Ambassadur.  

Sebelumnya diketahui bahwa  penandatanganan MoU antara Pemerintah Indonesia dengan NT-Australia telah dilaksanakan pada 12 November 2024.

Kerja sama ini membidik kerangka kerja strategis dan kolaboratif mengenai rantai pasokan mineral penting, termasuk kolaborasi dalam pengembangan kemampuan pemrosesan hilir dan membangun beragam rantai pasokan global yang tangguh dan berkelanjutan.

Sebagai implementasi kerja sama ini, Julian menyampaikan pada bulan April 2025 akan diselenggarakan Roadshow Mineral Indonesia-NT Australia. Yakni, kunjungan perusahaan pertambangan Indonesia ke NT, Australia. Kemudian dilanjutkan dengan kunjungan ke Sulawesi (Sorowako dan Morowali) atau Maluku (Teluk Weda) pada Mei mendatang.

Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Dadan Kusdiana menyambut baik komitmen tersebut.  Ia mengapresiasi upaya Duta Besar Siswo Pramono dalam mendukung MoU dengan melakukan serangkaian diskusi dan forum bisnis di Norther Territory.

“Saya sangat mengapresiasi upaya Duta Besar Siswo Pramono dalam memajukan MoU dengan menyelenggarakan serangkaian diskusi dan forum bisnis di Northern Territory. Inisiatif-inisiatif ini telah membantu menyebarkan MoU di sektor swasta dan memperkenalkan potensi kerja sama kami,” pungkas Dadan.

Dalam sambutannya, Dadan menyampaikan fokus kebijakan pertambangan mineral dan batu bara Indonesia adalah untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan pekerjaan. Penerapan kebijakan hilirisasi mineral dan batubara merupakan landasan dalam upaya tersebut karena dapat menciptakan peluang ekonomi baru, meningkatkan penerimaan negara, meningkatkan kemampuan ekspor, dan menciptakan lapangan kerja di seluruh tanah air.


Dalam rangka upaya memperkuat ketahanan energi, Indonesia mengurangi ketergantungan pada batu bara dengan melakukan diversifikasi sumber energi dan memanfaatkan potensi besar energi terbarukan, seperti panas bumi, tenaga surya, angin, air, dan biomassa. Upaya tersebut tentu sejalan dengan upaya tetap menjaga kemaslahatan lingkungan.      

“Selain itu, kami menerapkan praktik-praktik untuk mencegah hilangnya keanekaragaman hayati dan melindungi ekosistem alami, memastikan bahwa upaya pembangunan kami berkelanjutan dan bertanggung jawab,” ucap Dadan.

Melalui kolaborasi domestik hingga internasional, kedepan Indonesia diproyeksikan agar lebih menarik investasi dan membangun kemitraan strategis yang lebih kuat dan berkelanjutan.

“Kami memprioritaskan menarik investasi dan membangun kemitraan strategis. Kami menyadari pentingnya menarik investasi dan membina kemitraan strategis untuk meningkatkan kemampuan pemrosesan hilir kami. Dengan berkolaborasi dengan pemangku kepentingan domestik dan internasional, kami bertujuan untuk membangun rantai pasokan global yang tangguh, beragam, dan berkelanjutan yang tidak hanya bermanfaat bagi Indonesia tetapi juga komunitas global,” tutup Dadan dalam sambutannya. (dp)

sumber: HumasMinerba