Laporan Langsung dari Jenewa, Swiss-Global Commodities Forum 2015-
Untuk
meningkatkan kerjasama di bidang perdagangan dan pembangunan khususnya dalam
perdagangan komoditas dunia maka United Nations Conference on Trade and
Development (UNCTAD) menyelenggarakan Global Commodities Forum VI pada tanggal
13-14 April 2015 (GCF 2015) di Palais Des Nations, Jenewa, Swiss. Topik
pertemuan GCF 2015 adalah: Trade in
Commodities: Challenges and Opportunities. Upacara Pembukaan (Opening Ceremony) dimulai dengan penyampaian
Welcome Remarks oleh H.E. Ms Anna
Perez, Duta Besar Spanyol yang menjabat Presiden Trade and Development Board, dilanjutkan dengan Opening Statement oleh Dr. Mukhisa Kituy,
Sekretaris Jenderal UNCTAD. Acara dilanjutkan dengan Sambutan dari Mr Rene
Bautz Chairman World Energy Council-Global
Gas Centre, H.E. Triyono Wibowo, Duta Besar Indonesia yang pernah menjadi
Wakil Menlu RI dan Mr. Xiaozhun Yi, Deputy Director General World Trade
Organization (WTO). Pada sesi Opening
Ceromony ini para Pembicara menyampaikan bahwa GCF 2015 ini memberikan
manfaat untuk meningkatkan kerjasama khususnya dalam perdagangan komoditas
antar negara dalam kerangka Global Value
Chain. Dalam konteks tersebut maka perlu tersedia ruang kebijakan (policy space) kepada negara berkembang
untuk dapat meningkatkan nilai tambah komoditi yang dimilikinya serta
mendapatkan peran yang lebih baik dalam suplai dan perdagangan komoditi di
dunia, tidak hanya mendapatkan porsi yang sedikit dalam nilai tambah komoditi
yang diperdagangkan.
Acara dilanjutkan
dengan Sesi Keynote Speech yang
dipimpin oleh Moderator Mr. Martin Khor, Executive
Director South Centre dengan pembicara Mr. Yilmaz Akyuz, Chief Economist South Centre dan Mr.
Phillipe Chalmin Presiden Cyclope.
Catatan penting dari sesi ini adalah bagi negara yang kaya akan sumber daya
alam primer, seperti hasil hutan, pertanian dan mineral, perlu mempunyai
alternatif pendapatan devisa selain hanya mengandalkan ekspor komoditi primer
yang hargnya tidak menentu (volatile).
Di samping itu komoditi yang diekspor juga perlu ditingkatkan nilai tambahnya,
sebelum diperdagangkan (diekspor), sehingga negara pemilik komiditi tersebut
dapat memperoleh manfaat yang optimum.
Acara
dilanjutkan dengan Sesi Panel 1 dengan topik Prospect for Transparancy-themed governance reform in the Swiss
Comodity Trading Sector. Sesi ini membahas aspek keberlanjutan (lingkungan
hidup), kerja, HAM dan transparansi pengelolaan dan arus perdagangan sumber
daya mineral. Sebagai contoh di Swiss, setiap emas yang dimurnikan di Swiss harus
berasal dari kegiatan pertambangan yang menerapkan good mining practices dan good
corporate governance.
Sesi Panel 2
dengan topik Policy Space for
Resource-Rich Developing Countries in the Trade of Raw Materials dengan
dipimpin oleh Moderator Mr. Tom Lines, International Consultant dengan
pembicara H.E. Alberto D’Alotto, Dubes Argentina, Ms. Ilaria Espa World Trade
Institute, Ms. Jane Kornek Ekomom OECD dan Mr. Sujatmiko Director of Mineral
and Coal Program Supervision, Indonesia. Dalam sesi ini H.E Alberto
menyampaikan bahwa negara berkembang harus meningkatkkan nilai tambah komoditas
yang dimilikinya. Dalam menjalankan kebijakan tersebut, Argentina menerapkan
pajak ekspor bagi komoditi yang tidak diproses (unproccessed ore) dan produk setengah jadi (intermediate products). Ms. Ilaria Espa menyampaikan bahwa sesuai
kesepakatan WTO masih dimungkinkan pengenaan pajak eksport (Export Tax) untuk komoditas. Ms. Jane
menyampaikan bahwa berdasarkan data statistik di OECD, semakin hari semakin
banyak komidti yang dikenai pengaturan ekspor (export restriction). Sementara Mr. Sujatmiko menyampaikan bahwa
kebijakan nilai tambah khususnya komoditi mineral diperlukan untuk memberikan
manfaat yang lebih besar kepada negara penghasil komoditi tersebut. Sebagai
contoh Indonesia selama ini hanya mengekspor produk bijih mineral, yang nilai
tambahnya lebih bayak dinikmati oleh negara yang mengimpor bijih mineral
tersebut. Satu hal yang menarik adalah dari keempat pembicara pada Sesi ini,
hanya Pembicara dari Indonesia yang mendapatkan tepuk tangan (applaus) dari
para hadirin. Sebelum Pembicara dari Indonesia meninggalkan podium, banyak
peserta yang mendukung dan meminta agar Indonesia konsisten dengan kebijakan
peningkatan nilai tambah mineral. Hal ini dapat dimaknai bahwa para negara
berkembang mendukung kebijakan peningkatan nilai tambah komoditi termasuk komiditi
pertamabangan, kehutanan dan pertanian, sehingga memberikan manfaat yang lebih besar
kepada negara berkembang untuk dapat mengejar pembangunan ekonomi seperti negara
maju.