Trend Pertambangan 2009: Di Balik Kenaikan Harga Emas (2)
Adalah menarik untuk memperhatikan perkembangan harga emas. Ketika harga komoditi produksi hasil tambang lainnya mengalami penurunan yang cukup drastis akibat dampak krisis finansial global, maka emas menunjukan anomali harga yang berbeda. Bahkan pada akhir Februari ini mencapai rekor tertinggi menembus batas psikologis US$1003,2 per ounce sebelum akhirnya kembali turun menjadi dibawah US$920 per ounce. Ketika harga mencapai US$1000 per ounce yang disebut dengan nervous market oleh analyst CMC market di London, maka kebanyakan orang akan mencoba mengambil untung dari tingginya harga ini. Hal ini adalah sesuatu yang wajar, ketika para investor mencoba mengambil seedikit keuntungan setelah kerugian besar sebelumnya.
Dalam enam bulan terakhir, harga emas menunjukan fluktuasi yang beragam. Setelah turun drastis pada September 2008, saat mulai terjadinya krisis finansial global, mulai pertengahan November 2008 harga emas sudah mulai merangkak naik dan mencapai puncaknya pada Februari lalu (Gambar 1)
Gambar 1. Fluktuasi Harga Emas enam Bulan Terakhir (www2.Kytco.com)
Banyak pertanyaan apa yang sesungguhnya terjadi terhadap komoditi emas ini. Ada beberapa faktor yang bisa dipandang menjadi penyebab fluktuasi ini. Kemungkinan pertama, adanya ketakutan pada sebagian publik di Amerika bahwa pemerintah Amerika Serikat akan melakukan nasionalisasi terhadap seluruh bank-bank yang ada, sehingga ketika kepanikan timbul mereka berpikir bahwa emas menjadi penyelamat terhadap keadaan ini. Faktor psikologis ini telah menembus ke pasar modal, paling tidak untuk sementara, sebelum akhirnya di dalam dua minggu terakhir ini pemerintah Amerika Serikat secara beruang-ulang meyakinkan publik bahwa mereka tidak akan mengambil alih bank-bank tersebut. Namun demikian para analis juga berfikir bahwa secara tradisional sering kali harga emas adalah kebalikan dari nilai dolar. Maka beberapa analyst pasar di Amerika Serikat termasuk dari Aalaron Trading, Fox Business Contrubutor, menyatakan bahwa ada kemungkinan harga emas dapat mencapai US$1200 per ounce pada akhir kwartal ke-tiga tahun 2009 bila Bank Sentral Amerika Serikat jadi melakukan devaluasi nilai tukar dollar untuk bertahan terhadap gempuran resesi global saat ini.
Kemungkinan ke-dua, akibat resesi global beberapa negara besar seperti India dan China, meningkatkan cadangan emas pada bank sentral mereka ketimbang menyimpan dollar yang saat ini mengandung resiko tinggi fluktuasi. China sebagai negara yang memiliki sekuritas dengan dollar terbesar lebih dari US$681 miliar agaknya mulai khawatir bahwa paket bailout negeri Paman Sam yang sebentar lagi akan diluncurkan oleh pemerintah presiden Barack Obama tersebut akan mengakibatkan menukiknya nilai dollar, sehingga mereka merasa lebih aman untuk meningkatkan jumlah cadangan emas pada bank sentralnya. Selama ini di dalam Bank Sentral China nilai cadangan emas hanya sebesar 1% dibandingkan simpanan dollar mereka. Kemungkinan ke-tiga, dikabarkan adanya pengurangan produksi emas di beberapa belahan dunia khususnya di Afrika Selatan, Australia dan Kanada sebagai para produsen besar emas dunia. Penurunan produksi emas di Afrika Selatan selain semakin sulitnya struktur kegeologianya juga dikabarkan karena adanya keterbatasan kapasitas pembangkit listrik untuk pemrosesan saat ini. Sebagai akibatnya suplai terhadap kebutuhan emas dunia akan berkurang, laporan dari Commodity-Online menyebutkan bahwa tahun 2009 produksi emas dunia akan mencapai 2.295 ton turun 1,3% dibandingkan tahun sebelumnya.
Bagaimana Ke-depan?
Berdasarkan analisis dari Kytco dan LME Analyst, terdapat optimisme bahwa harga emas akan terus menguat dalam dua tahun ke-depan. Pada tahun 2006 rata-rata harga emas adalah US$585 per ounce, lalu menjadi US$697 per ounce tahun 2007 dan pada tahun 2008 sekalipun sempat menurun selama periode September sampai pertengahan November harga emas rata-rata mencapai US$872per ounce pada tahun tersebut. Pada tahun 2009 diproyeksikan bahwa harga emas rata-rata akan mencapai US$877 per ounce dan naik lagi menjadi rata-rata US$898 per ounce pada tahun 2011. Optimisme harga tersebut dengan mempertimbangkan faktor ketersediaan dan permintaan serta faktor ekonomis lainnya.
(edpraso)
sumber: