Tambang Emas Rusak Lingkungan
Sampit, BPost
Aktifitas penambangan emas liar telah menyebabkan kerusakan lingkungan dan ekosistem sepanjang Sungai Seranau di Desa Sei Babi Kecamatan Kota Besi Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim).Akibat penambangan emas yang tak terkendali itu, Sungai Seranau yang sebelumnya memiliki lebar sekitar 15 meter dengan kedalaman air hinga tiga meter, saat ini mendangkal karena tertutup pasir penggalian emas.
Bahkan beberapa bagian tampak terlihat seperti daratan dan berbagai jenis ikan seperti ikan biawan yang banyak ditemukan di sungai ini, kini tak pernah ditemukan lagi.
Salah seorang warga Sei Babi yang ditemui di Sampit, mengatakan, terdapat ribuan penambang emas liar yang menambang di sepanjang Sungai Seranau. Menurut dia, para penambang menggali mulai kilometer 13 hingga kilometer 35 Desa Tanggar.
Namun saat ini warga paling banyak melakukan penambangan di km28 Desa Tangar, karena di sekitar lokasi ini yang paling banyak ditemukan emas.
Ribuan warga melakukan penambangan mengeruk tanah dengan kedalaman 10 meter hinga 15 meter, dan diameter hingga 25 meter.
Tanah kerukan itu yang menutupi sungai Seranau, membuat sungai menjadi dangkal dan tak bisa lagi digunakan warga untuk melarutkan kayu. Dihawatirkan sungai tak bisa lagi menampung air dan meluap menggenangi rumah warga.
Dalam melakukan penambangan emas warga juga membuang air raksa kedalam sungai Seranau dan dimana Sungai Seranau mengalir ke Sungai Mentaya. Warga di sana juga tidak pernah lagi mengunakan air Sungai Seranau untuk mandi maupun minum, karena warna airnya telah berubah seperti warna kopi susu putih kecoklat-coklatan.
Kerusakan lingkungan di sekitar Sungai Seranau dibenarkan Andi salah seorang bekas pekerja tambang emas di daerah ini. Menurut dia, kondisi lingkungan di sekitar Sungai Seranau hampir sama dengan lokasi penambangan emas Ampalit Kereng Pangi yang penuh lobang-lobang besar.
Sedangkan untuk air raksa, meskipun ada larangan memperjual-belikannya, penambang dengan mudah mendapatkannya seharga Rp120 ribu/kg.
Andi yang mengaku sempat satu tahun bekerja tambang emas di daerah itu, penghasilan para pekerja tambang sebenarnya cukup lumayan. Bila dalam satu lokasi menemukan emas cukup banyak, setiap pekerja bisa bergaji hingga Rp500 ribu per hari. Namun bisa juga tidak mendapat hasil karena emas yang dicari tidak ditemukan.
Kebanyakan para pekerja tambang emas mengunakan penghasilannya untuk bersenang-senang, sehingga mereka banyak yang tak mendapatkan hasil apa-apa. Apalagi di daerah ini judi, pesta miras sangat bebas dan banyak berkeliaran wanita malam.
Padahal pekerjaan menambang emas ini taruhannya nyawa dan sering kali terjadi kecelakanan kerja seperti dalam dua bulan terakhir terajadi empat kali kecelakaan kerja dan korban diantaranya meningal dunia karena tertimbun pasir. ant