Tambang Batubara Sawah Lunto Meledak

Kecelakaan kerja  yang berakibat fatal terjadi di tambang batubara di Indonesia , sebuah ledakan terjadi   di kawasan penambangan yang dikelola PT Dasrat sebuah perusahaan Kuasa Pertambangan (KP) batubara berjenis underground (bawah tanah) yang lokasinya berada di Bukit Bual,Kec Koto Tujuh,Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat,  berjarak sekitar 20 km dari Kota Sawahlunto atau sekitar 125 km dari Kota Padang. Saat terjadi ledakan pukul 10.30, Selasa.  Lokasi penambangan yang meledak itu memang milik PT Dasrat. Perusahaan ini diberi izin kuasa penambangan oleh Pemerintah Daerah Sawahlunto. Namun, di bawahnya ada penambang liar yang sudah lama beroperasi dan  belum dapat ditertibkan oleh para aparat terkait.

Ledakan gas metan yang terjadi di tambang batubara Sawahlunto dipastikan merenggut korban tewas. Bahkan diduga ada puluhan penambang yang terjebak di dalam sumur tambang yang berlokasi sekitar 20 kilometer dari pusat kota Sawahlunto itu. Tingginya gas metana yang bercampur CO (karbon monoksida) bisa menimbulkan ledakan fatal bila dipicu percikan api. Bisa api rokok, bisa juga percikan akibat gesekan baling bor dengan batubara atau gesekan besi dengan besi. Gas metana itu tak berbau dan tak berasa, oleh karenanya perlu penanganan yang sangat spesifik. Kecerobohan dalam penanganan tersebut dapat berakibat fatal berupa ledakan gas metan tersebut.

Direktorat Jenderal Mineral Batubara dan Panas Bumi (Ditjen Minerbapabum) Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) segera menurunkan penyelidik PNS untuk mengetahui penyebab ledakan Tambang Dasrat, Sawahlunto, Sumatera Barat. Untuk sementara tambang batubara milik PT Dasrat Malawi, dihentikan operasinya sampai penyelidikan selesai.  Dalam hal ini akan dilihat  apakah metode penambangan sudah sesuai dengan ketentuan atau tidak, termasuk juga, apakah ada ventilasi keluarnya gas metana dari tambang batubara berbentuk Kuasa Pertambangan tersebut. Pemerintah pusat  akan melakukan audit atas kejadian tersebut. Sedangkan pemberian sanksi merupakan wewenang Bupati yang mengeluarkan izin KP. Tapi peristiwa ini perlu menjadi pelajaran bagi semua pihak .

Peristiwa yang terjadi kemarin itu terjadi pada sekitar 46 pekerja, yang terdiri dari 14 di luar lubang dan 32 di dalam lubang. Dari 14 orang di luar lubang 2 orang meninggal dunia dan lainnya di rawat di RSUD Sawah Lunto. Korban di dalam lubang yang terperangkap dikabarkan meninggal seluruhnya dan hari ini sudah di evaluasi 16 orang oleh tim rescue PT BA UPO, gabungan masyarakat, BASARNAS Padang, serta tim forensik Polda Sumbar.  Sistem penambangan dengan lubang-lubang secara manual tersebut milik PT Dasrat dan CV Cipta Perdana. Saat ini kondisi lubang sudah dipasang blower dan tim resque masih melakukan evakuasi. Saksi mata menyebutkan bahwa material terlempar akibat ledakan sejauh 150 meter dari mulut tambang. Masih diselidiki lebih jauh tentang ledakan tersebut.

Gas Metan memang Mudah Meledak

Metan adalah gas yang lebih ringan dari udara, tak berwarna, tak berbau, dan tak beracun. Metan terdapat di semua lapisan batubara, terbentuk bersamaan dengan pembentukan batubara itu sendiri. Di tambang batubara bawah tanah, udara yang mengandung 5-15% metan dan sekurangnya 12.1% oksigen akan meledak jika terkena percikan api. Jumlah metan dalam suatu lapisan amat bervariasi. Konsentrasi metan akan meningkat seiring peningkatan kualitas batubara dan kedalaman cadangan. Metan terkandung dalam lapisan pori batubara dan terkompresi disana. Saat lapisan tersebut ditambang, metan yang bersemayam di pori lantas terlepas.

Sebanyak 70-80% kadar metan justru bukan berasal dari lapisan yang sedang ditambang. Sebagian besar metan berasal dari lapisan sekelilingnya (atas/bawah, kiri/kanan) yang belum ditambang. Ini bisa terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara metan di pori-pori batubara (tekanan tinggi) dengan tekanan udara terowongan (lebih rendah). Gas bertekanan tinggi akan selalu mencari udara dengan tekanan lebih rendah.

Di awal perkembangan tambang batubara, sirkulasi udara yang tidak cukup, kegagalan deteksi atas keberadaan metan, penggunaan api, merokok, atau penggunaan bahan peledak (black powder) yang tidak tepat, menjadi penyebab utama ledakan di tambang batubara bawah tanah.

Cara yang paling umum digunakan untuk mengurangi kadar metan adalah dengan merancang suatu sistem sirkulasi udara (ventilasi) yang baik. Udara yang cukup dan sirkulasi yang lancar diharapkan mampu mengurangi kadar gas berbahaya ini. Hanya saja, terkadang ventilasi saja tidak mencukupi. Ada kalanya jumlah udara yang melimpah tetap tidak mampu mengurangi kadar metan. Jika ini yang terjadi, pengurangan kandungan metan mesti dilakukan sebelum penambangan itu sendiri dimulai.

edpraso

 

sumber: