Tahun Penuh Tantangan Sektor Energi dan Pertambangan

Di dalam Paparan tentang Evaluasi Kinerja Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Dr Purnomo Yusgiantoro, menyampaikan banyak catatan penting tentang perjalanan sektor ini selama tahun 2009. Perkembangan atau fluktuasi harga minyak bumi amat mewarnai kondisi sektor ini dalam tahun 2008. Mulai dari puncak harga BBM sebesar US$ 147/barrel pada bulan Juni sampai saat ini menjadi di bawah US$ 40/barrel. Namun secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa berbagai target Pemerintah telah dapat dilampaui atau melebihi tahun sebelumnya, diantaranya realisasi penerimaan negara sektor ESDM tahun 2008 mencapai RP 346,35 triliun melebihi target sebesar Rp. 298,27  triliun. Aggka ini mencapai 36% dari penerimaan nasional secara total. Dibadingkan tahun sebelumnya penerimaan negara ini naik sebesar 53%. Suatu kenaikan yang luar biasa, yang tentunya diakibatkan oleh kenaikan harga komoditi semenjak Januari s.d. September 2008. Setelah September 2008 harga komoditi anjlok  sebagai akibat dari krisis finansial global. 

Dari sisi investasi, tahun lalu investasi sektor ESDM sebesar  US$ 15,75  miliar da tahun 2008 menjadiUS$ 18,62 miliar.  Disampingitu untuk tahun mendatang sudah ada komitmen investasi sebesar US$ 28,6 miliar (Rp 315 triliun). 

Subsektor mineral, batubara dan panas bumi (minerbapabum) juga membukukan hasil yang baik selama tahun 2008, yaitu naiknya penerimaan negara dari  Rp. 37,34 triliun tahun 2007 menjadi Rp. 42,12 triliun tahun 2008. Sedangkan investasi di subsektor minerbapabum naik dari US$1,25 miliar tahun 2007 menjadi US$ 1,65 miliar tahun 2008. Sebagai catatan di dalam tahun 2008, sebenarnya beberpa komoditi menunjukkan penurunan produksi yang diakibatkan oleh berbagai hal teknis, misalnya adanya longsor di PT Freeport serta kandungan komoditi tembaga, emas dan perak yang lebih kecil pada bijih yang ditambang. Sedangkan produksi nikel meningkat akibat meningkatnya jumlah KP nikel di daerah yang sudah produksi. 

Tantangan Ke-depan

Tahun 2009 mendatang diperkirakan akan menjadi tahun yang cukup berat yang terutama diakibatkan akan semakin terasanya dampak krisis finansial global yang saat ini telah mengarah ke resesi global. Pada subsektor minerbapabum, dampak resesi akan mengakibatkan berkurangnya permintaan terhadap hasil tambang, berkurangnya permintaan akan berdampak pada penurunan produksi dan harga, selanjutnya sumbangan pada peneriman negara pajak dan non-pajak juga akan terpengaruh. Disamping itu juga akan ada dampak pada pengurangan tenaga kerja pada beberapa perusahaan. 

Di dalam kesempatan itu, dalam pararan dan tanya jawab,  Dirjen Minerbapabum, Dr Bambang Setiawan, mengatakan bahwa sebetulnya tahun depan  produksi batubara Indonesia ditargetkan sebesar 250 juta ton, namun saat ini sedang dievaluasi kembali disesuaikan dengan dampak resesi global saat ini. Salah satu kegiatan utama tahun 2009 adalah mempersiapkan berbagai aturan pendukung UU Minerba. 

Secara garis besar ada beberapa program atau kegiatan utama yang akan dilakukan Ditjen Minerbapabum tahun depan,  yaitu:

  • Sosialisi UU Minerba yang sudah disetujui DPR-RI 16 Desember 2008 
  • Penyusunan aturan pendukung untuk UU Minerba (PP, Permen, dll), seperti: aturan DMO, penyiapan dan penetapan wilayah pertambanag, dll.
  • Optimalisasi penerimaan negara.
  • Peningkatan pengawasan danpembianaan.
  • Penyelesaian masalah tumpang tindih lahan dengan sektor lain.
  • Pemenuhan kebutuhan batubara di dalamnegeri termasuk untuk program perceptan PLTU 10.000 MW, tahap I dan tahap II.
  • Percepatan pengembangan panas bumi
  • Peningkatan kompetensi sumber daya manusia.
(edpraso)

sumber: