Saham Summarecon Agung Masih Atraktif

 Rabu, 28 Desember 2005, 00:11 WIB
Saham Summarecon Agung Masih Atraktif

Laporan -

Saham PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) menarik untuk investasi jangka panjang. Pergerakan saham sektor properti tersebut masih cukup atraktif, meskipun dalam beberapa hari terakhir kurang dilirik investor.

Untuk sementara waktu, investor cenderung mengalihkan portofolio sahamnya ke sektor lain, seperti infrastruktur, kata analis PT Eficorp Sekuritas N Jaganathan kepada Investor Daily di Jakarta, Selasa (27/12).

Pada perdagangan kemarin, saham Summarecon ditutup stagnan di posisi Rp 730. Volume transaksi saham yang dibukukan mencapai 3.064 lot senilai Rp 1,13 miliar. Sedangkan frekuensi transaksi saham Summarecon tercatat sebanyak 46 kali.

Menurut Jaganathan, saham Summarecon bergerak dalam kisaran support Rp 690 dan resistance Rp 790. Saham sektor properti tersebut sempat menyentuh level tertinggi di posisi Rp 790 (12 Agustus 2005) dan terendah Rp 640 pada 23 November 2005.

Secara fundamental, kinerja Summarecon cukup menjanjikan, karena termasuk perusahaan yang cukup sehat. Per September 2005, kewajiban perseroan tercatat sebesar Rp 1,02 triliun dengan aset mencapai Rp 1,7 triliun, sehingga perseroan mencatat posisi net cash.

Sementara itu, nilai buku (book value) saham Summarecon sebesar Rp 394, dengan price to earning ratio (PER) mencapai 8,85 kali. Pada periode yang sama, price to book value (PBV) Summarecon sebesar 1,97 kali.

Selama sembilan bulan pertama 2005, perseroan mencatat earning per share (EPS) sebesar Rp 83,55. Saham ini masih cukup menarik dibanding sektor properti lain, seperti CTRS (Ciputra Surya), kata dia. Meskipun PER CTRS tercatat sebesar 8,12 kali dengan PBV 0,8 kali. Dia menambahkan, investor dapat mengoleksi saham Summarecon pada level Rp 690-700 dan mulai merealisasikan keuntungan (profit taking) pada kisaran Rp 760-770. Namun, saham ini sulit untuk kembali ke posisi Rp 790, yang pernah ditembus pada Agustus lalu, imbuhnya.

Jaganathan melanjutkan, saat ini, industri properti agak terpengaruh kenaikan suku bunga kredit perbankan, akibat imbas kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan tingkat inflasi. Akibatnya, beberapa investor sedikit mengalihkan portofolio investasinya di sektor energi dan pertambangan.

Jadi, dalam jangka pendek, investor sebaiknya buy on weakness dulu, lanjut dia.

Dalam pandangan dia, saham Summarecon sudah naik cukup tinggi, sehingga rawan terjadi koreksi pada perdagangan jangka pendek. Saham ini masih mungkin turun kembali, kata dia.

Laba Rp 170 Miliar

Sementara itu, Direktur Keuangan Summarecon Agung Johanes Mardjuki kepada Investor Daily mengatakan, perseroan menargetkan laba bersih tahun ini sebesar Rp 170 miliar, atau naik dibanding tahun sebelumnya yang terbukukan Rp 147 miliar.

Menurut Johanes, peningkatan laba bersih sekitar 15,64% tersebut disumbangkan oleh pendapatan sektor perumahan dan persewaan Mal Kelapa Gading. Sedangkan pendapatan usaha perseroan diperkirakan mencapai Rp 700 miliar hingga akhir 2005. Proyeksi pendapatan perusahaan sektor properti itu lebih tinggi sekitar 25% dibanding tahun sebelumnya.

Kita optimistis, perseroan dapat mencapai target tersebut, karena minat beli konsumen, terutama bisnis tempat tinggal dan sewa mal masih cukup tinggi, ujar dia kepada Investor Daily, beberapa waktu lalu.

Selain itu, dia mengatakan, dalam menghadapi pelonjakan harga akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), pihaknya akan melakukan beberapa cara strategis untuk mengatasinya. Kita akan lakukan efisiensi biaya dan meningkatkan harga jual properti sekitar 10%, ujarnya.

Sedangkan rencana perseroan untuk melakukan secondary offering sebesar 5% saham SMRA dalam waktu dekat, Johanes mengatakan, pelepasan saham baru tanpa hak memesan efek terlebih dahulu itu rencananya akan digunakan untuk menambah land bank.

Hingga 30 September 2005, emiten dengan kode SMRA itu membukukan pendapatan usaha sebesar Rp 295,38 miliar atau naik 19,49% yoy dibanding Rp 247,19 miliar pada periode sama 2004.

Meskipun beban usaha membengkak menjadi Rp 105,25 miliar dari sebelumnya Rp 71,35 miliar, Summarecon masih mampu mengeruk laba bersih Rp 123,27 miliar. Hasil yang diraih perseroan tersebut lebih besar 7,35% yoy dari Rp 114,84 miliar pada periode sama 2004. Laba bersih per saham perseroan juga bertambah dari Rp 61 menjadi Rp 66, dengan ekuitas Rp 737,43 miliar dari sebelumnya Rp 611,60 miliar.

Rekomendasi

Jaganathan merekomendasikan buy on weakness saham Summarecon Agung pada perdagangan jangka pendek. Dia memberikan kisaran support pada level Rp 690 dan resistance di posisi Rp 790. Tapi, dibanding saham Grup Ciputra, saham ini masih cukup menjanjikan, ujar dia. (art)

Tips SMRA

Tren

Jangka panjang: menguat

Fundamental

Per September 2005, pendapatan usaha naik 19,49% jadi Rp 295,38 miliar

Laba bersih Rp 123,27 miliar

PER: 8,85 kali, PBV: 1,97

EPS: Rp 83,55

Teknis

Support: Rp 690, resistance: Rp 790

Rekomendasi

N Jaganathan:

Jangka pendek: buy on weakness

Beli: di kisaran Rp 690-700,

Profit taking: Rp 760-770

sumber: