Saatnya Pakai Briket Batu Bara

Saatnya Pakai Briket Batu Bara
Harga Jauh Lebih Murah dan Cadangan Indonesia Melimpah

Kompas, 3 Oktober 2005

 

Ibu-ibu rumah tangga sebenarnya tak perlu cemas dengan kenaikan harga minyak tanah hingga 185 persen dari 700 per liter menjadi Rp 2.000 per liter kalau bersedia beralih memakai briket batu bara. Sebab, harga satu kilogram briket batu bara untuk menggantikan satu liter minyak tanah hanya Rp 1.000 per kilogram.

Kemampuan memasak briket batu bara tak kalah dengan minyak tanah. Setiap satu kilogram briket batu bara setara dengan satu liter minyak tanah. Sehingga dengan harga minyak tanah Rp 2.000 per liter, berarti dengan briket batu bara bisa berhemat setengah dari total biaya untuk memasak.

Makanya, kenaikan harga minyak tanah yang berlaku mulai 1 Oktober 2005 akan membuat briket batu bara menjadi �primadona� ibu-ibu. Apalagi jika harga minyak tanah sampai ke pembeli menjadi di atas Rp 2.500 per liter hingga Rp 3.000 per liter seperti yang terjadi selama ini bahwa harga eceran selalu di atas patokan pemerintah.

Selain itu, memasak dengan briket batu bara sebenarnya jauh lebih sederhana ketimbang memasak dengan minyak tanah menggunakan kompor sumbu atau pompa. Kompor briket batu bara tidak perlu dirawat atau ganti sumbu, kecuali hanya membuang abu dari batu bara jika sudah menumpuk.

Bila tertarik memakai briket batu bara untuk memasak, cukup membeli kompor yang memang didesain khusus seperti tungku. Saat ini ada dua jenis produk kompor briket batu bara, yakni yang terbuat dari tanah liat dan logam.

Ketua Koperasi-koperasi Pengembang Briket Batu Bara Nusantara Ladjiman Damanik mengatakan harga kompor untuk pemakaian rumah tangga hanya berkisar Rp 30.000 untuk tanah liat dan sekitar Rp 40.000 hingga Rp 50.000 per buah untuk logam. Semua pembeli akan langsung diajarkan cara pemakaian kompor briket batu bara.

Memasak dengan briket batu bara seperti memasak dengan kayu di tungku. Ibu-ibu cukup memasukkan briket batu bara ke dalam tungku sesuai kebutuhan. Kalau memasak sedikit, cukup setengah kilogram atau kalau memang banyak satu kilogram.

Namun, memasak dengan briket batu bara masih menggunakan sedikit minyak tanah karena briket yang berada pada lapisan teratas di tungku harus direndam minyak tanah selama 10 menit. Setelah briket batu bara yang sudah terendam berada dalam tungku, cukup dibakar sampai panas merambat ke bawah dan semua briket membara.

Pada saat pertama pembakaran akan terlihat asap putih yang berasal dari minyak tanah yang terbakar. Proses pembakaran briket akan berlangsung sekitar 15 hingga 20 menit, sampai semua briket batu bara menjadi bara.

Setelah itu, semua peralatan masak bisa dinaikkan ke atas tungku. Jika masakan telah masak, tinggal mengganti masakan berikutnya yang juga ingin dimasak pada hari itu.

Kompor briket batu bara tak perlu dimatikan karena diperhitungkan bahwa setiap pemakaian akan habis setelah seluruh masakan selesai dimasak. Makanya, konsumsi harus diatur, setengah kilogram untuk masak pada pagi hari dan setengah kilogram untuk masak pada malam hari.

Sepuluh juta

Kewajiban untuk memberikan pilihan bahan bakar alternatif kepada masyarakat akan dilaksanakan. Menko Perekonomian Aburizal Bakrie sudah mengutarakan rencana pemerintah untuk memproduksi kompor briket batu bara sebanyak 10 juta buah.

Rencana tersebut akan melibatkan pengusaha kecil di seluruh Indonesia sehingga pemakaian briket batu bara sekaligus merata di Indonesia. Namun, Aburizal tak menjelaskan apakah kompor tersebut akan dibagikan secara gratis atau dibeli dengan harga subsidi oleh masyarakat.

Rencana pemerintah itu sangat tepat, mengingat kapasitas produksi briket batu bara nasional yang ada saat ini mencapai 130.000 ton per tahun, tetapi yang baru terpakai hanya 30.000 ton per tahun. Jika pemakaian briket batu bara semakin luas, berati kapasitas produksi yang menganggur bisa dimanfaatkan.

Padahal, pencanangan program pemanfaatan briket batu bara nasional sudah dilakukan sejak April 1993. Perkembangan pasar briket batu bara di Indonesia sangat lambat karena waktu itu harga minyak tanah relatif murah karena masih disubsidi dan tidak jelas sampai kapan pemberian subsidi berakhir.

Kini peluang munculnya briket batu bara sudah ada, bahkan sekarang sudah dipakai oleh Anggota Asosiasi Perunggasan (Pemanasan Anak Ayam), industri-industri dodol, gula merah, jenang, katering, keripik, pindang ikan, bata, genteng, kapur, jamu gendong, industri petis, mi, pengolahan kulit, dan pabrik roti. Bahkan kerja sama juga dijalin dengan BUMN, PT PN XIV sesuai rekomendasi Kementerian BUMN yang diperoleh koperasi untuk pengasapan karet, pengeringan tembakau, teh, cokelat, dan kopi.

Kini Himpunan Wiraswasta Nasional (Hiswana) Migas sebagai mitra Pertamina telah melibatkan diri dalam penyaluran briket batu bara untuk rumah tangga. Distribusi briket batu bara akan memanfaatkan pangkalan minyak tanah sebagai outlet.

Pemakaian briket batu bara harus didorong pemerintah, bila perlu membagikan kompor secara gratis. Bukan hanya karena harganya relatif murah, tetapi karena tak perlu subsidi pemerintah dan cadangan batu bara Indonesia bisa digunakan selama 70 tahun.

Oleh karena itu, pemerintah harus mulai serius melakukan sosialisasi penggunaan briket batu bara, terutama sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah. Oleh karena, penggunaan briket batu bara bisa menjadi alternatif untuk meringankan beban konsumen minyak tanah, terutama yang tidak mendapatkan subsidi langsung tunai Rp 100.000 per bulan. Bahkan, seharusnya pemerintah sudah mengeluarkan imbauan kepada masyarakat untuk menggunakan briket batu bara sebagai pengganti minyak tanah saat mengumumkan kenaikan harga BBM.

Tetapi karena kurangnya sosialisasi, penggunaan briket batu bara di Indonesia masih terbatas di Pulau Jawa, dan jumlah yang dikonsumsi pun tidak lebih dari 20 persen dari total produksi. Diperkirakan, produksi briket batu bara Indonesia melebihi 100.000 ton per tahun yang dihasilkan dari Gresik, Tanjung Enim, Bandar Lampung, dan perusahaan kecil lainnya.

sumber: