PLTU Suralaya Sulit Memasok Daya Optimal

PLTU Suralaya Sulit Memasok Daya Optimal

Suara pembaruan, 30 Agustus 2005

 

CILEGON - Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya belum dapat memasok daya optimal ke sistem interkoneksi Jawa-Bali. Selain satu unit pembangkit yang masih overhaul (dalam proses pemeliharaan dan perbaikan rutin), gangguan serius di satu unit pembangkit lainnya juga belum dapat diatasi. Saat ini kemampuan pasok PLTU Suralaya berkurang lebih dari 500 Megawatt (MW).

Demikian dikatakan General Manajer PT Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Suralaya, Bambang Susianto di Cilegon, Banten, Sabtu (27/8). Sejak dua bulan lalu pembangkit unit 2 mendapat giliran overhaul sehingga mesin harus dimatikan seluruhnya (shutdown). Pembangkit unit 2 memiliki daya terpasang 400 MW.

"Sementara itu, unit tiga baru bisa memasok sekitar 184 MW karena mengalami gangguan sejak sebelum kejadian (blackout atau pemadaman total) tanggal 18 Agustus lalu. Tapi kita usahakan unit dua sudah masuk ke sistem Jawa-Bali tanggal 1 September, dan perbaikan di unit tiga juga akan cepat selesai," katanya.

Dijelaskan, PLTU Suralaya terdiri dari 7 unit pembangkit dengan daya terpasang total 3.400 MW. Selama ini daya pasok Suralaya tidak dapat selalu optimal, karena ada jadwal pemeliharaan pembangkit yang secara bergantian mengharuskan mesin dimatikan selama sekitar dua bulan. Belum lagi, bila terjadi kerusakan tiba-tiba pada salah satu atau beberapa pembangkit sekaligus, maka daya mampu pasok Suralaya sulit mencapai daya terpasang sesungguhnya, yakni 3.400 MW.

"Setelah unit dua, jadwal overhaul berikutnya adalah unit enam. Kira-kira bulan Desember. Tapi setelah unit dua masuk ke sistem tanggal 1 September nanti, kemungkinan kita akan melakukan pengecekan menyeluruh ke semua unit, untuk memastikan apakah ada kerusakan akibat gangguan tanggal 18 Agustus kemarin. Mungkin ini akan dilakukan bergantian, karena selama pengecekan mungkin harus di-shutdown dulu," katanya.

Ditunda

Sebanyak empat unit pembangkit di Suralaya berkapasitas masing-masing 400 MW, dan tiga lainnya masing-masing 600 MW. Kemampuan pasok setiap unit pembangkit juga dipengaruhi kondisi mesin dan ketersediaan bahan bakar. Namun, selama beberapa waktu terakhir karena ancaman kekurangan pasokan listrik untuk wilayah Jawa dan Bali cukup serius, operasional PLTU Suralaya terpaksa digenjot hingga kapasitas penuh, katanya.

Dikatakan, Suralaya menjadi tulang punggung untuk (memasok listrik) Jawa-Bali. Ketika ada pembangkit lain yang mengalami gangguan, Suralaya dioptimalkan supaya kekurangan daya untuk Jawa-Bali tidak terlalu besar.

"Terkadang, kami kesulitan, karena kami juga harus melakukan overhaul yang sudah dijadwalkan. Kalau menunda overhaul, bisa berdampak buruk pada mesin. Tapi, kadang ya mau bagaimana lagi kalau kekurangan pasokan Jawa-Bali cukup besar, dengan sangat terpaksa overhaul ditunda. Seperti unit dua ini seharusnya jadwal overhaul bulan Februari, tapi ada permintaan dari PLN supaya ditunda karena beberapa pembangkit di daerah lain mengalami gangguan tiba-tiba," katanya.

Menurut Bambang, dalam satu tahun PT Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Suralaya menjadwalkan masa overhaul total selama 8.000 jam. Sedangkan, untuk major overhaul (pemeliharaan dan perbaikan besar-besaran) diperlukan waktu setidaknya dua bulan untuk satu kali perbaikan di satu unit pembangkit.

sumber: