Peran Batubara di Dunia Semakin meningkat
Dalam Simposium Clean Coal Day di Jepang, 5 sampai 7 Septrember 2007, terungkap tentang peran besar batubara dewasa ini. Batubara sebagai energi utama dunia sudah tidak bisa dipungkiri lagi, khususnya untuk pembangkit listrik. Sekalipun demikian batubara dianggap sebagai salah satu penyumbang terhadap pemanasam global (global warming). Stuart Booker dari Australia menyampaikan bahwa batubara menyumbang 20% dari gas rumah kaca yang menyumbang terhadap pemanasam global, khususnya gas CO2. Untuk mengatasi hal tersebut saat ini dikembangkan teknologi CO2 Capture yang bisa menagkap emisi CO2 dari PLTU batubara dan dikembalikan ke dalam tanah.
Katsuyoshi Ando, Presiden Japan Coal (JCOAL) menyampaikan ada tiga hal yang perlu untuk mengatasi CO2, strategi jangka panjanga, jangka menengah dan promosi aktifitas masyarakat. Dlam strategi jangka panjang diusulkan emisi nol (zero emission) dari PLTU batubara, sehingga dapat mengurangi 30% dari emisi gas rumah kaca dunia, sebagai bagian peningkatan dari efisiensi energi,
Faktanya kondisi sekarang jauh dari yang diharapkan. Dalam Kyoto Protocol tahap 1, dikemukakan bahwa emisi dunia harus dikurangi dalam tingkat 6% di bawah tingkat emisi tahun 1990 pada tahuyn 2010. Ini sangat jauh dari kenyataan saat ini. Jepang saat ini merasa bahwa per kapita mereka telah menjadi salah satu negara dengan tingkat efisiensi tertinggi di dunia. Maka melalui acara ini dikomikasikan berbagai isu batubara. Khususnya anatara perannya sebagai energi dan juga isu pemanasan global.
Dalam simposium ini tergambarkan perkembangan supply-demand batubara di berbagai negara serta pada gilirannya bagaimana peran ini akan terus meningkat dimasa depan. Namun di sisi lain juga nampaknya tantangannya akan semakin besar, khususnya tentang pemanasan global.Di masa yang akan datang, Indonesia perlu lebih mewaspadai isu ini, khususnya terkait dengan rencana pemerintah untuk meningkatkan peran batubara di dalam bauran energi nasional.
Bauran Energi
Dalam tahun 2005, bauran energi untuk batubara sekitar 15% dan minyak masih diatas 50%, namun kondisi ini akan sangat terbalik pada tahun 2025. Pada tahun tersebut, bauran energi minyak bumi hanya 20% sedanngkan batubara menjadi 30%. Itu masih belum termasuk batubara yang akan dicairkan pada tahun tersebut. Pertanyaan yang sering muncul dari negara lain adalah bagaimana peran batubara untuk suplai ke dunia, karena dengan meningkatnya konsumsi domestik, maka monsumsi ekspor pasti akan berkurang. Di manapun diseluruh dunia, kepentingan nasional nomor satu. Domestik aman dulu, setelah itu ekspor tetap jalan dalam rangka menjaga pemasukan penerimaan dari sektor batubara. Contohnya adalah Cina, dengan mementingkan kebutuhan energi domestik, sejak 2003 China mengurangi ekspornya, walaupun akhirnya berdampak pada naiknya harga batubara ekspor dunia, karena berkurangny pasokan ekspor dari China.
(edpraso, 2007)
sumber: