Nikel Masih Terpuruk

Dalam pemberitaan akhir-akhir ini, ketika terjadi tren booming sektor pertambangan tahun lalu, ternyata, tak berlaku untuk komoditi nikel. Harga komoditi yang satu ini justru semakin terpuruk. Kondisi ini jelas memberi senti­men negatif bagi emiten saham seperti PT International Nickel Indonesia Tbk (INCO).   PT INCO mencatat penurunan laba bersih yang cukup signifikan hingga 87% pada triwulan I-2009. PT INCO hanya meraup laba bersih US$ 17,2 juta (US$ 0,002 per saham) pada triwulan I-2009, dibandingkan laba US$ 139,6 juta (US$ 0,014 per saham) pada  triwulan I-2008. Namun laba bersih triwulan I-2009 itu sudah lebih baik ketimbang rugi bersih US$ 9,8 juta (US$ 0,001 per saham) yang dicetak PT INCO pada triwulan IV-2008.

Apa yang sebenarnya terjadi dengan nikel?

Produsen utama nikel dunia adalah Rusia, Australia, Kanada, New Caledonia dan Indonesia yang secara keseluruhan mempresentasikan sekitar 65% dari total produksi dunia.   Konsumsi nikel dunia sekitar 1 juta ton per tahun. Pusat konsumsi nikel dunia adalah Jepang sekitar 0,2 juta ton dan Uni Eropa sekitar 0,37 juta ton. Harga nikel berfluktuasi, Juni 2007 mencatat rekor  harga nikel tertinggi. Setelah itu harga terus berfluktuasi. Akhir tahun 2009 mencatat rekor harga terendah nikel  (Gambar 1).

\"

Gambar 1.Harga nikel dalam lima tahun (Juli 2004-Juni 2009)

Pada awal tahun ini, stok nikel di LME sebesar 78.822 ton dengan harga nikel sebesar US$ 10.925/ton. Pada pertengahan tahun (tanggal 17 Juni 2009) stok nikel mencapai 108.186 ton dengan harga sebesar US$ 14.800/ton (Fortis Metal Monthly, Juni 2009). Dari sisi permintaan sebenarnya masih  belum kondusif akibat dampak krisis financial global sejak tahun 2008 lalu. Peningkatan harga ini akibat dari meningkatnya permintaan nikel di China pada Juni 2009. Hal ini juga menunjukkan bahwa saat inisedang terjadi recovery ekonomi di China yang antara lain disebabkan oleh stimulus ekonomi oleh Pemerintah China.

 

Dampak dari relatif masih rendahnya harga nikel ini, antara lain adalah bahwa telah terjadi  penutupan operasi tambang nikel di cekungan Sudbury, Kanada  milik Vale Inco Ltd yang memberikan kontribusi pada 10% produksi nikel dunia. Penutupan ini berjalan 2 bulan dari tanggal 1 Juni sd 27 Juli 2009. Alasan penutupan adalah sebagai dampak resesi global dan juga akibat masih hancurnya harga nikel saat ini. Penutupan ini berakibat pada berhentinya kegiatan pada sekitar 5000 orang pekerja (The Canadian Press, 13 Juli 2009), bahkan akan berakibat pensiun dini banyak pekerja. Namun skema ini nampaknya di tolak pekerja. Di sisi lain stopnya kegiatan ini barangkali akan dapat mengatrol harga nikel.

Sulitnya kondisi nikel ini kemungkinan yang menyebabkan PT INCO   untuk melakukan PHK terhadap sebagian karyawan PT INCO pada akhir Juli ini. Namun permintaan tersebut telah di tolak oleh Pemerintah karena akan memberikan dampak berantai dan juga dapat menciptakan citra yang kurang baik terhadap pertambangan.   

edpraso\"Cool\"

sumber: