Longsor di Kota Padang, Sedikitnya 15 Tewas
Sabtu, 03 September 2005 |
Longsor di Kota Padang, Sedikitnya 15 Tewas Oleh: Yurnaldi Padang, Kompas - Hujan lebat yang melanda Kota Padang dan sekitarnya sepanjang Kamis sampai Jumat (2/9) menimbulkan bencana dan menelan korban jiwa. Tidak saja ribuan rumah di sejumlah kawasan digenangi air bah, tetapi hujan tersebut juga menimbulkan bencana longsor di kawasan perbukitan. Di Bukit Gaung, Kelurahan Gaung Teluk Nibung, Sungai Baremas Nan XX, Kecamatan Lubuk Begalung, sekitar 300 meter dari Pelabuhan Teluk Bayur, Kota Padang, sembilan rumah yang dihuni 10 keluarga (41 jiwa) tertimbun longsor. Korban meninggal, menurut laporan Lurah Nur Ikhwan, sedikitnya 15 orang. Kemarin korban meninggal yang sudah dievakuasi berjumlah 11 orang. Lima orang dievakuasi mulai pukul 08.00 sampai pukul 10.00, yakni Buk Darmiko (60), Rifal (5), Yumelda alias Cik Elok (35), Ediswar (35), dan Pondo (45). Korban lainnya dievakuasi pukul 10.00 sampai pukul 20.00, yakni Sawarni (70), Nanda (17), Yani (21), Adek, Yus (31) dan anaknya, Tika (3). Tiga belas korban yang selamat pun sudah dievakuasi. Dari jumlah itu, empat orang luka serius, patah tulang, yakni Arta Gunawan (40), Jeni Hartati (35), Windi (11), dan Rehan (13). Empat korban luka berat ini dievakuasi ke Rumah Sakit Tentara Rekso Diwiryo, Ganting, Padang. Dari 41 jiwa warga yang menghuni sembilan rumah yang tertimbun itu, diperkirakan masih ada korban yang tertimbun. Paling sedikit, korban meninggal sekitar 15 orang. Sebelas orang di antaranya sudah ditemukan. Upaya penyelamatan Wali Kota Padang Fauzi Bahar yang tiba di lokasi 15 menit setelah bencana terjadi langsung memimpin upaya evakuasi. Sampai Jumat siang Fauzi masih tampak sibuk mengerahkan semua kekuatan pemerintah kota untuk melakukan upaya penyelamatan. �Ketika berada di lokasi posko penyelamatan helikopter Polda Sumbar yang jatuh di kawasan Panorama I, Bukit Sitinjau Laut, saya mendapat informasi bencana tanah longsor di Gaung. Saya langsung bergerak ke lokasi, dan musibah yang melanda Kota Padang membuat kita prihatin. Ribuan rumah warga Padang lainnya digenangi air bah sampai ketinggian 150 sentimeter. Sementara longsor diperkirakan menelan puluhan korban jiwa,� tuturnya. Kawasan Bukit Gaung yang longsor itu tingginya sekitar 200 meter dengan kemiringan tanah sekitar 60 derajat. Di bawah, tempat pemakaman, masih di tebing-tebing bukit, berdiri sejumlah bangunan tempat tinggal dan kedai/toko. Lokasinya tak jauh dari Pasar Gaung, sekitar 300 meter dari simpang Pelabuhan Teluk Bayur, di tepi jalan lintas barat Sumatera jalur Padang- Painan-Bengkulu. Panjang longsoran sekitar 100 meter dan lebar 50 meter. Material longsoran berupa bebatuan dan tanah menyapu sembilan rumah. Fauzi Bahar meminta warga yang bermukim di sejumlah pinggang perbukitan tetap waspada. Longsor susulan bisa terjadi jika hujan terus turun karena kondisi tanah di sekitar lokasi bencana masih labil. �Tempat tinggal di daerah perbukitan sebenarnya dilarang. Cuma mungkin peraturan belum ditegakkan dengan konsisten. Sekarang saya minta warga yang tinggal di daerah rawan bencana di perbukitan segera memikirkan tempat tinggal baru,� kata Fauzi. Sudah mengingatkan Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) Ir Bambang Istijono mengatakan, jauh-jauh hari pihaknya sudah mengingatkan warga agar meningkatkan kewaspadaan dan mengetahui kecenderungan longsor sedini mungkin. �Kota Padang rawan bencana longsor karena terkait dengan keadaan geologis yang merupakan jalur Bukit Barisan. Sementara di daerah perbukitan sudah banyak dibangun perumahan sehingga mengurangi daya serap air. Air yang mengalir deras dari puncak bukit bisa memicu longsor, apalagi ketika musim panas sebelumnya terjadi rengkahan- rengkahan sehingga air masuk melalui rengkahan itu,� ujarnya. Bambang melukiskan, musibah tanah longsor di Sumbar periode 1990-2004 terjadi pada 30 lokasi dengan korban 139 orang, 65 rumah hancur, dan merusak 204,42 hektar lahan pertanian. Kalau dilihat dalam peta nasional, tanah longsor di Sumbar dari segi korban jiwa menduduki urutan ketiga setelah Jawa Barat (termasuk Banten) 550 orang meninggal dan Jawa Tengah 233 orang meninggal. Sedangkan untuk Sumatera, jumlah korban jiwa akibat tanah longsor di Sumbar merupakan yang tertinggi, jauh di atas provinsi lain. Tentang warga yang menjadi korban, Fauzi Bahar mengatakan, biaya pengobatan dan pemakaman akan ditanggung Pemerintah Kota Padang. Warga yang kehilangan tempat tinggal akan direlokasi ke tempat lain. Hujan lebat yang mengguyur Kota Padang dan sekitarnya juga menyebabkan terputusnya jalan lintas Sumatera jalur Padang-Painan-Bengkulu dan Padang-Solok-Jakarta. Wakil Kepala Dinas Prasarana Jalan Provinsi Sumbar Doddy Ruswandi mengatakan, akibat hujan lebat sepanjang Kamis dan Jumat, sejumlah ruas jalan di Sumbar putus karena badan jalan tertimbun tanah longsor dan digenangi air bah. �Di jalan lintas tengah Sumatera jalur Padang-Solok-Jakarta, di Kilometer 20 dari Padang terjadi longsor sehingga jalur padat arus lalu lintas itu terputus,� kata Doddy menjelaskan. �Kemudian di lintas barat Sumatera jalur Padang-Painan-Bengkulu, antara Kilometer 15 sampai Kilometer 40 terdapat sejumlah titik yang longsor, menimbun badan jalan dan menyebabkan jalur itu terputus,� kata Doddy menambahkan. Di Kilometer 34 badan jalan digenangi air bah sampai ketinggian satu meter. Kota Padang dengan luas 695 kilometer persegi dan penduduk 880.000 jiwa terletak pada dataran aluvial yang terbentuk oleh tiga aliran sungai utama, yaitu Batang Arau, Batang Kuranji, dan Batang Air Dingin, dengan daerah tangkapan hujan yang bersumber dari Gunung Bolak, Gunung Lantiak, dan Gunung Bongsu, masing-masing seluas 172 km persegi, 231 km persegi, dan 131 km persegi. Di dalam areal 695 km persegi tersebut, kata Fauzi menjelaskan, terdapat kawasan rawan banjir seluas 3.500 hektar, yakni 1.600 hektar di permukiman penduduk, 1.500 hektar lahan sawah, dan 400 hektar lahan rendah lainnya. |