Koreksi Saham Bukit Asam Berlanjut
ÂÂ
Senin, 24 Oktober 2005, 00:16 WIB
Koreksi Saham Bukit Asam Berlanjut
Laporan -
Pelemahan saham PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) diperkirakan berlanjut pada perdagangan jangka pendek. Kondisi tersebut diperkuat indikator teknis yang menunjukkan arah menurun.
Namun, kalau dilihat secara fundamental, saham ini masih menjanjikan. Jadi, amannya buy on weakness, kata analis PT Meridian Capital Indonesia M Habdi di Jakarta, Jumat (21/10).
Pada perdagangan akhir pekan lalu, saham PTBA terkoreksi Rp 10 dari posisi Rp 1.720 ke level Rp 1.710. Saham produsen batubara itu ditransaksikan sebanyak 312 kali, dengan volume transaksi sebanyak 12,31 juta unit saham senilai Rp 21,03 miliar.
Habdi menuturkan, secara fundamental saham Tambang Batubara Bukit Asam sebetulnya masih menjanjikan, walaupun terjadi penurunan kinerja. Tahun ini, laba bersih perseroan diperkirakan sebesar Rp 341 miliar, sedangkan tahun sebelumnya mencapai Rp 420 miliar. Meskipun demikian, produk perseroan termasuk sebagai salah satu energi alternatif setelah harga minyak naik.
Valuasinya masih cukup murah dibanding saham sejenis. Price to earning ratio (PER) baru 11,39 kali dan price to book value (PBV) 0,26 kali, jelasnya.
Habdi mengakui, pertumbuhan earning per share (EPS) saham PTBA untuk tahun ini diprediski menurun, tidak seperti tahun sebelumnya yang masih positif. Pada 2003, EPS perseroan hanya Rp 115 dan selama 2004 menjadi Rp 197. Tahun ini, EPS perseroan diperkirakan hanya mencapai Rp 151, ujar dia.
Dia menambahkan, dari sisi teknis, trend saham Tambang Batubara Bukit Asam akan bergerak melemah dalam jangka pendek. Indikator relative strength index (RSI) sudah menunjukkan kondisi overbought. Indikator Williams%R (W%R) juga menunjukkan pola serupa, imbuhnya.
Sementara itu, indikator candle stick juga memperlihatkan arah yang sama pada saham PTBA dalam waktu dekat. Karena, posisinya masih membentuk full red body. Jadi, peluang terkoreksi masih ada, jelas dia.
Analis Evergreen Capital PT Edwin Sebayang juga mengatakan, secara teknis saham PTBA tetap berpotensi tertekan dalam jangka pendek. RSI delapan sampai 14 hari masih menunjukkan pola downtrend, kata dia.
Edwin menambahkan, indikator Williams% (W%R) dan moving average convergence divergence (MACD) juga memperlihatkan kecenderungan terkoreksi pada saham PTBA. RSI sudah overbought dan MACD telah memperlihatkan garis yang berpotongan. Aksi jualnya juga masih besar, terbaca dari volume perdagangan, ujarnya.
Revisi Target
Sementara itu, manajemen Tambang Batubara Bukit Asam merevisi target laba bersih tahun ini menjadi kurang dari Rp 500 miliar. Revisi dilakukan karena membengkaknya biaya akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
Target laba bersih 2005 semula ditetapkan lebih dari Rp 500 miliar. Namun, kini sedikit diubah menjadi kurang dari jumlah tersebut, kata Sekretaris Perusahaan Tambang Batubara Bukit Asam Milawarma kepada Investor Daily.
Menurut Milawarma, naiknya harga BBM sejak awal Oktober lalu membuat biaya operasional perseroan membengkak. Kenaikan harga BBM tahun 2005 memberikan pengaruh kenaikan biaya sekitar US$ 1 per ton, jelasnya.
Dia menjelaskan, pada 2004 perseroan membukukan laba bersih Rp 419 miliar atau melonjak 100% dibanding selama 2003 yang mencapai Rp 210 miliar. Sedangkan target pendapatan tahun ini ditetapkan sebesar Rp 3,1 triliun, setelah pada 2004 membukukan Rp 2,6 triliun.
Selama enam bulan pertama 2005, penjualan Tambang Batubara Bukit Asam tercatat sebesar Rp 1,31 triliun, meningkat sekitar 17,9% dibanding periode sama 2004 yang mencapai Rp 1,12 triliun.
Seiring dengan itu, laba kotor yang diraih emiten dengan kode PTBA itu meningkat sekitar Rp 88 miliar menjadi Rp 497,66 miliar dari sebelumnya Rp 409,08 miliar. Demikian pula dengan laba usaha yang meningkat Rp 29,8 miliar menjadi Rp 194,97 miliar dari sebelumnya Rp 165,13 miliar.
Manajemen dalam laporan keuangan tengah tahunan (unaudited) memaparkan, keuntungan bersih yang diraih selama semester I 2005 tercatat sebesar Rp 170,63 miliar dengan laba bersih per saham Rp 78. Sementara itu, pada tahun lalu keuntungan hanya Rp 112,39 miliar atau Rp 53 per lembar saham. Dengan demikian, selama enam bulan pertama 2005 laba yang dihasilkan perusahaan tambang pelat merah itu bertambah 51,8%.
Rekomendasi
M Habdi merekomendasikan jual saham Tambang Batubara Bukit Asam untuk perdagangan jangka pendek. Tapi untuk jangka menengah dan panjang, dia menyarankan buy on weakness saham PTBA. Support pertama saham ini di level Rp 1.700 dan kedua pada Rp 1.500. Sedangkan resistance pertama ada di posisi Rp 1.850 dan kedua Rp 1.950, kata Habdi.
Sementara itu, Edwin merekomendasikan buy on weakness saham PTBA untuk jangka pendek. Kemudian untuk perdagangan jangka menengah dan panjang, dia merekomendasikan beli. Support saham PTBA di level Rp 1.680 dan resistance di posisi Rp 1.780, ujarnya. (asp)
sumber: