Jurus Bumi Resources Mendulang Untung dari KPC

Setelah menguasai saham PT Kaltim Prima Coal, PT Bumi Resources kini menetapkan sejumlah target besar untuk mendulang untung. Momen yang pas ketika permintaan pasar tengah menanjak.

 

Setelah gebrakan yang mengundang kontroversi, ketika mengakuisisi PT Kaltim Prima Coal, Juli tahun lalu, PT Bumi Resources Tbk yang awalnya bergerak di bidang hotel dan pariwisata, kini terus unjuk kemampuan sebagai produsen batubara utama nasional. Tahun ini, perusahaan publik berkode BUMI itu mencanangkan untuk meningkatkan produksi PT Kaltim Prima Coal (KPC) menjadi 50 juta metrik ton (MT) pada akhir tahun 2007.

Direktur Utama BUMI, Ari S Hudaya mengatakan, peningkatan produksi ini akan dilakukan lewat perluasan program pengeboran menjadi 365 ribu meter pada akhir tahun 2004, dari posisi per Juni 2004 seluas 215 ribu meter atau sebanyak 850 titik lubang bor. Kapasitas pengeboran juga akan terus ditambah, seiring dengan target perluasan areal pengeboran menjadi 432 ribu meter pada tahun 2005. "Hal ini sejalan dengan strategi bisnis BUMI untuk meningkatkan kapasitas produksi batubara dan meningkatkan persediaan cadangan untuk memenuhi permintaan jangka panjang," ujar Ari.

Kapasitas produksi dan cadangan batubara KPC memang jauh lebih besar dibanding anak perusahaan BUMI, PT Arutmin, yang juga bergerak di sektor yang sama. KPC yang berbasis di Sangatta, Kalimantan Timur memiliki cadangan batubara yang terukur dan terkira sebanyak 2,7 miliar metrik ton. Sebanyak 2,3 miliar MT di antaranya tersebar di Sangatta dan Melawan, sementara sisanya tersebar di wilayah Bengalon.

Dari angka tersebut, KPC memiliki cadangan yang siap dipasarkan sebesar 552 juta MT dari tiga jenis batubara yakni Prima, Pinang dan Melawan. Prima merupakan jenis batubara terbaik dengan nilai kalori yang cukup tinggi sebesar 6.800 kkal/Kg, sedangkan jenis Pinang sebesar 6.200 kkal/Kg. Pada tahun 2003, produksi batu bara dari dari KPC tercatat sebesar 16,2 juta ton, turun dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 17,7 juta ton.

Sementara dari tambang PT Arutmin, BUMI memiliki cadangan batubara 1,5 miliar ton yang tersebar di tambang Senakin, Satui dan Ata Mereh. Besar cadangan yang siap dipasarkan pada tahun 2003 sebanyak 359 juta ton dengan tingkat kalori rata-rata 6.700 – 6.800 kkal/Kg. Pada tahun 2003 kapasitas produksi tercatat sebesar 13,7 juta ton, meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar 10,5 juta MT

Terkait upaya peningkatan produksi KPC menjadi 50 juta MT pada 2007, kata Ari, pihaknya telah menambah alat bor dan membeli alat pengeboran Dando. Sarana itu dilengkapi dengan dua alat pengeboran yang dimiliki kontraktor BUMI. Perusahan juga disebut telah menerapkan sistem aplus baru untuk karyawan, dan diharapakan meningkatkan waktu operasional alat pengeboran hingga 50 persen.

Agar mencapai target itu, kata Ari S. Hudaya, BUMI harus mengerek anggaran program pengeboran dari 1,2 juta dolar AS yang dibelanjakan tahun 2003, menjadi 4,8 juta dolar tahun ini. Dari total anggaran tersebut, sebanyak 1,92 juta dolar sudah disalurkan sampai paruh pertama 2004.

Hingga saat ini baru 40 persen luas wilayah kontrak karya tambang KPC yang telah dieksplorasi. Perluasan pengeboran ini akan meningkatkan keyakinan geologis atas cadangan yang telah diketahui, serta menentukan posisi cadangan tambahan. "Pengeboran tambahan ini diharapkan dapat memetakan deposit batubara yang layak tambang," ujar Ari S. Hudaya.

Wilayah pengeboran yang sangat prospektif dan dianggap bisa menunjang peningkatan produksi bagi KPC adalah Pinang Utara, Pinang Timur dan Melawan Utara. Menurut Ari, Pinang Utara selama ini memang telah menjadi target eksplorasi, namun sampai saat ini jumlah cadangan teridentifikasinya masih belum bisa diketahui. Wilayah ini juga diperkirakan memiliki kandungan batubara sekelas jenis Prima dan Pinang yang memiliki bobot bahan bakar yang cukup tinggi, antara 6.700 – 7 .100 kkal

Saat ini dua unit alat pengeboran telah disiapkan di Pinang Utara untuk segera dioperasikan. Sementara pengeboran di wilayah Melawan Utara dijadwalkan akan dimulai pada awal Oktober tahun ini, sedangkan untuk wilayah Pinang Timur akan dimulai awal Desember. Perusahaan pun telah menunjuk tiga kontraktor pertambangan, PT Thiess Indonesia, Henry Walker Etin dan PT Pama Persada. Jumlah armada telah ditingkatkan sesuai dengan jadwal ekspansi.

Seiring perluasan program pengeboran, menurut Ari, produksi KPC tahun ini dipatok 23,5 juta MT, dan akan menjadi 27 juta MT tahun 2005. Sementara dari Arutmin diperkirakan akan mampu dihasilkan 16,5 juta MT pada tahun 2004 dan naik menjadi 18 juta MT pada tahun 2005.

"Untuk tahun 2004 BUMI berada dalam target untuk memproduksi 40 juta ton batubara, sebelum melakukan peningkatan kapasitas lebih jauh lagi selama dua tahun ke depan dan mencapai target produksi total tahunan sebesar 70 juta ton akhir tahun 2007," ujar Ari optimis.

Produk batubara KPC selama ini sudah menjadi permintaan tetap dari sejumlah perusahaan besar di Jepang dan Taiwan, seperti Chubu Electric Power Co Inc, Tohoku Electric Power Company dan Nippon Steel Ltd. Untuk pasar Jepang dan Taiwan, KPC mengalokasikan 43 persen dari total produksi, dan 20 persen dipasarkan ke Eropa.

Rencana perluasan eksplorasi BUMI, menurut analis dari Evergreen Capital, Edwin Sebayang, mengundang sentimen positif. Alasannya, saat ini permintaan batubara dunia masih cukup tinggi menyusul ditutupnya keran impor oleh Cina untuk waktu tak bisa dipastikan. Permintaan batubara sebagai second option untuk bahan bakar dipastikan akan tetap tinggi, khususnya pada saat Eropa dan daratan Amerika memasuki musim dingin.

"Namun peningkatan pengeboran ini harus didukung oleh cadangan yang ada, itu yang jadi pertanyaan," ujar Edwin. Ia memperkirakan masih akan terjadi peningkatan permintaan batubara dalam beberapa tahun mendatang sebesar 15-20 persen. Namun ia juga mengingatkan bahwa permintaan dan harga batubara akan kembali terkoreksi jika Eropa dan Amerika kembali memasuki musim panas, dan produksi minyak dunia kembali stabil

Sementara itu analis pertambangan dari PT Trimegah Securities Tbk, Arianto Reksoprodjo mengatakan, peningkatan eksplorasi BUMI di KPC akan meningkatkan reserves yang tadinya masih terkira menjadi terukur. Sebelumnya, akibat ketidakpastian yang pernah dirasakan di tubuh KPC ketika sahamnya masih dimiliki BP dan Rio Tinto, membuat perusahaan yang memiliki kontribusi 17 persen dari total produksi nasional ini kurang melakukan eksplorasi dan mengembangkan tambang baru.

"Sekarang BUMI sudah firmed bahwa dia akan fokus di batubara, khususnya di KPC. Perusahaan juga sudah menciptakan situasi win win solution, baik bagi perusahaan sendiri maupun bagi pihak lain termasuk Pemda Kaltim dan Pemkab Kutai Timur," ujar Arianto.

KPC juga disebutkan Arianto memiliki kawasan yang terkenal dengan nama Pinang Dome yang diperkirakan sarat dengan cadangan batubara. Kawasan ini juga disebut ‘Kubah Pinang ‘ setelah fenomena geologis akibat proses tekanan dari panas bumi yang mendorong permukaan bumi mencuat keluar. Proses ini mengakibatkan batubara yang tersebar di areal tersebut menjadi matang dengan cepat, sekaligus membentuk kualitas tinggi atau bituminous coal, dengan nilai kalori yang juga tinggi dan tingkat kelembaban yang rendah.

Kawasan ini diharapkan mampu memproduksi batubara jenis Prima yang diakui kualitasnya secara internasional karena tingkat kalorinya yang tinggi, level abu yang rendah, dan tingkat sulfur yang moderat serta kelembaban rendah. Saat ini KPC baru menggarap dua wilayah di Pinang yakni wilayah barat dan selatan, "Masih ada posisi utara dan timur yang belum digarap sama sekali, dan diasumsikan akan ada peningkatan produksi dua kali lipat di wilayah tersebut," ujar Arianto

Indikasi penambahan cadangan dalam bentuk cadangan terkira baru bisa diketahui tahun 2007, dan baru bisa menjadi cadangan terukur pada tahun berikutnya jika sudah berdiri mine plant di lokasi pengeboran. "Masuk ke reserves yang terukur kalau mereka sudah punya mine plant, dan itu mungkin baru bisa terjadi pada tahun 2008," tuturnya.

Kendati telah tersedia tambang baru seperti di Bengalon dan Melawan Utara, Arianto juga mengatakan perusahaan belum tentu bisa mencapai target 70 juta MT tahun 2007. Bahkan ia memproyeksikan produksi masih berada pada level versi perusahaan.

Kemungkinan kendala yang bakal menghadang BUMI seperti hujan yang tingkatnya melebihi rata-rata, serta keterlambatan masuknya kontraktor tambang-tambang baru karena belum mendapat persetujuan kreditor. Upaya para kontraktor memasukkan peralatan berat ke pedalaman Sangatta lewat pantai juga diperkirakan terganggu akibat iklim di Kalimantan.

Arianto juga memperkirakan target produksi KPC untuk 2005 akan meleset menjadi 25 juta MT dibanding target 27 juta ton, begitu juga tahun 2006 akan meleset menjadi 28,9 juta ton dibanding target 30 juta ton. "Kita lihat mereka terlalu agresif untuk membuka tambang baru pada awal tahun, tapi kenyataannya kan nggak bisa langsung," tambahnya.

Dirut BUMI, Ari Hudaya membenarkan kemungkinan kendala berupa iklim serta keterlambatan pengiriman alat berat dari pabrik. Namun ia tetap yakin BUMI akan mampu mencapai target 70 juta ton tahun 2007.

Pada tahun 2004 saja, perusahaan dipastikan akan mampu meraup laba bersih 137,7 juta dolar AS, mengingat permintaan dunia masih sangat tinggi, disusul harga pasar yang setidaknya masih akan tinggi selama tiga tahun mendatang.

"Mengenai target laba di tahun 2005 dan 2006 jelas akan meningkat dibandingkan tahun ini, dan kami proyeksikan akan lebih baik karena adanya peningkatan produksi dan tingginya harga jual batubara dunia. Tapi untuk saat ini kami belum dapat mengungkapkan target laba tahun 2005 karena masih dalam tahap perhitungan," ungkap Ari.

Harga spot untuk batubara jenis Prima yang diproduksi BUMI berkisar antara 60-56 dolar AS per ton. Dari total produksi batubara BUMI sebesar 40 juta MT, sebanyak 3,0 persen atau 1,5 juta MT dialokasikan ke pasar domestik, sementara sisanya sebesar 97 persen atau 38,5 juta MT dialokasikan ke pasar internasional

sumber: