Jakarta Akan Tenggelam Akibat Eksploitasi Air Tanah

Di masa lalu Jakarta dikenal dengan sebutan "Queen of the East",  yang ditunjukkan dengan perumahan colonial, jalanan yang penuh pohonan tropis, jaringan kanal, dll.  Saat ini Jakarta dipenuhi oleh gedung pencakar langit diselingi dengan daerah kumuh miskin, serta berbagai permasalahan seperti kemacetan lalu lintas yang luar biasa, polusi udara, dan pengangguran. Seorang ahli Meteorologi dari ITB, Arni Susandi, mengatakan bahwa dampak perubahan iklim bagi Indonesia khususnya Jakarta adalah 0,87 cm per year lebih tinggi dari rata-rata peningkatan muka laut 0,5 cm per tahun sampai 2080.

Jakarta adalah salah satu megacity yang paling cepat pertumbuhannya di Asia, namun beberapa ahli menduga bahwa sebagaian Jakarta akan  tenggelam tahun 2025. Alasannya? Tidak adanya pengawasan dan pengecekan yang baik atas air tanah di Jakarta. Menurut Almud Weitz dari World Bank Water and Sanitation Program dalam wawancara dengan Reuter “ Yang terjadi seperti keju Swiss, orang terus menggali semakin dalam dan dalam sehingga kota sedikit demi sedikit menurun permukaannya, itu juga sebabnya bahwa banyak wilayah pemukiman miskin di pantai yang sering terlanda banjir”. Hal ini bila ditambah dengan curah hujan yang tinggi telah terbukti menjadikan Jakarta sebagai kolam raksasa terbesar di dunia.

Jakarta adalah kota yang amat padat penduduknya, namun para hli mengatakan bahwa Jakarta adalah salah satu kota yang memiliki jaruingan pipa air bersih yang sangat tidak memadai dan buruk, sehingga memaksa banyak penduduk dan gedung pencakar langit yang terus menyedot air tanah untuk kebutuhannya. 

Diperkirakan bahwa Jakarta memiliki deficit air tanah sebesar 36 juta meter kubik per tahun, dimana banyak potenti air tanah yang telah terkontaminasi oleh kegiatan MCK antara lain dari akibat kebocoran septic tank . Jakarta diperkirakan menjadi salah satu kota yang rentan terhadap kenaikan muka laut perubahan iklim.

Pada masa lalu, Pemerintah Kolonial Belanda telah membuat 13 sudetan sungai dan banyak kanal yang saat ini sebagian rusak oleh banjir  dan limpahan air laut. Studi oleh konsultan Belanda menunjukanbahwa tahun 2025 Jakarta akan turun sekitar 40 sampai 60 cm bila tidak ada tindakan apa-apa terhadap kondisi saat ini. Saat ini bandara Internasional Sukarno-Hatta beberapa kali ditutup beberapa saat akibat jalan tidak bisa dilalui akibnat banjir besar pada jalanan. Ini juga diperkirakan sebagai dampak dari besarnya pnyedotan air tanah.    

Beberapa hal yang harus dilakukan Jakarta adalah: pertama, pembatasan penggunaan air tanah, khususnya yang digunakan di hotel-hotel, restoran dan perkantoran. Ke-dua, perbaikan sistem pipa air bersih ntuk menjangkau sebanyak mungkin wilayah. Ke-tiga, perbaikan kanal-kanal untuk pencegahan banjir termasuk sampah-sampah yang mengotori sungai dank anal tersebut. Menurut kabar, Jakarta telah memiliki program untuk ini sebesar US$560juta untuk hal ini. (oleh: Edpraso)  Disadur kembali dari: Jakarta Sinks as Citizens Tap Groundwater www2.planetark.org/dailynewsstory.cfm

sumber: