Efek Domino Krisis Global Sedang Melanda: Komoditi Tambang Belum Terpengaruh

Ketika akhir September lalu goncangan ke seluruh pasar modal dunia melanda akibat dari krisis finansial di Amerika Serikat, Indonesia masih tenag-tenang saja. Mungkin seluruh broker dan pemain saham sedang berlebaran dan sibuk mudik ke kampung masing-masing. Ketika sesi pertama di mulai selepas lebaran, bursa efek Indonesia langsung merosot sebesar 10%, penurunan terbesar dari seluruh bursa di Asia. Rabu,  8 Oktober lalu, bursa efek Indonesia akhirnya mengikuti langkah bursa saham Rusia yang menyetop seluruh perdagangan saham untuk menghindari kejatuhan indeks yang lebih dalam. Langkah serupa juga dilakukan di Rumania dan Ukraina. Alasan utma otoritas bursa saham adalah karena begitu banyaknya transaksi yang diterpa aksi jual yang irrasional.

Begitu banyaknya negara yang terpengaruh oleh krisis finansial ini, membuktikan besarnya pengaruh ekonomi Amerika Serikat selma ini. Singapura tetangga terdekat kita  juga mulai terkena imbasnya. Pertumbuhan ekonomi negara kota itu menurun terus selama 2 triwulan berturut-turut. Singapura mengalami resesi setelah 6 tahun. Kenyataan pahit itu diakui oleh pemerintah Singapura melalui Kementerian Perdagangan dan Industri. Singapura juga menurunkan target pertumbuhannya tahun ini menjadi 3 persen. Penurunan target ekonomi merupakan imbas dari krisis keuangan global yang terjadi saat ini.

Otoritas keuangan Indonesia masih mengakatan bahwa krisis yang terjadi ini perlu diperhatikan dan Indonesia wajib waspada, namun Indonesia memiliki kondisi yang berbeda dengan tahun 1998 sehingga kemungkinan terjebak dalam krisis ekonomi ke-II dikatakan tidak akan terjadi. Krisis yang terjadi di pasar modal dikatakan belum menyentuh ke krisis ekonomi. Sebuah paradok lagi-lagi terjadi, ketika dollar US menurun nilainya  nilai rupiah juga merosot menembus batas psikologis Rp9.500 per US Dollar. Tapi nilai tukar yang lainny ajuga melemah seperi dollar Hongkong, won Korea, peso Filipina, dan sebagainya.

Bagaimana Komoditi tambang?

Logikanya akibat krisis ini akan terjadi perlambatan ekonomi dunia sehingga kebutuhan energi dan komoditi tambang lainnya akan terkoreksi. Permintaan ekspor batubara akan menurun,juga komoditi lainnya. Harga batubara sedang cenderung menurun saat ini,mengikuti pola minyak bumi yang juga sedang menurun di bawah USD 100/barrel.

Tetapi ada kabar bagusnya untuk  permintaan metal , menurut John Dugdale di dalam suatu konferensi di Perth  tanggal 1 Oktober lalu, Presiden Lion Selection Asian Fund, akan melebihi suplainya karena tipisnya kemampuan suplai yang ada. Maka harga komoditi metal akan tetap terjaga kalaupun turun tidak akan terlalu drastis. Pada penutupan Rabu, 8 Oktober 2008, harga komoditas metal di London Metal Exchange adalah sbb: 1. Tembaga: USD5.265 per metric ton; 2. Aluminium: USD 2.355 per metric ton; 3. Nikel: USD 13.520 per metric ton; 4. Timah: USD 14.925 per metric ton; 5. Emas: USD 922,40  per 100 troy oz; 6. Perak: USD 11.97 per troy oz. Di pasar Indonesia,  emas murni dari PT Aneka tambang dijual Rp 282.000 per gram dan perak murni Rp.4.375.000 per kg.

Para ahli mineral dunia menduga bahwa untuk penemuan mineral tingkat dunia masih dimungkinkan di kawasan Indonesia, Filipina, Papua New Guinea,  dan Asia Tengah khususnya pada wilayah sabuk emas (Gold Belt) di Thiansan, Tibet. Namun untuk ini tentunya perlu diiringi dengan regulasi dan kepastian hukum yang jelas sehingga akan dapat menarik para investor. (Oleh Edpraso, DJMBP)

sumber: