Efek Domino Krisis Global Sedang Melanda (3) : Akankah Booming Komoditi Tambang Terus Berlanjut?
Ada sebuah pertanyaan, apakah tingginya harga komoditas tambang dan juga komoditas lainnya akan terus ditengah krisis finansial yang sedang terjadi secara global ini. Sebagaimana diketahui tingginya harga komoditas, khususnya komoditas tambang terjadi dalam jangka waktu 1.5 tahun terakhir ini. Walaupun secara akumulatif harga komoditi juga telah menunjukan kenaikan sejak tahun 2003.
Di dalam dua pekan ini, dapat disaksikan turun drastisnya harga minyak bumi. Ketika beberapa bulan lalu harga minyak bumi meroket menembus angka 150 USD/barrel, semua negara terkejut. Kini harga minyak bumi telah kembali meluncur turun di bawah 80 USD/barrel, dan hari ini mencapai harga terendah dalam 14 bulan terakhir. Biasanya ini akan dikuti oleh komoditas lain yang sering dianggap sebagai subsitusinya, termasuk batubara. Harga batubara juga akan turun mengikuti trend minyak bumi, di satu sisi turunnya harga minyak bumi akan sangat membantu di dalam meringankan subsidi BBM Indonesia, di sisi lain, turunnya harga batubara, apalagi bila terus berlanjut ke tahun 2009 akan menjadi sinyal buruk bagi penerimaan negara, yang saat ini telah dipatok sebesar Rp14,5 triliun dengan asumsi 9100 per dolar, bila asumsi diubah menjadi 9.300 per dolar tentu akan berubah pula proyeksi ini.
Faktor yang mengakibatkan Booming harga komoditas
Ada tiga faktor yang secara umum dapat dianggap menjadi penyebab tingginya harga komoditas tersebut. Pertama disebabkan oleh kuatnya pertumbuhan global, yang direfeksikan dengan peningkatan aktifitas industri. Faktor kedua, adalah adanya perbedaan yang dalam antara inventory dan tingkat kapasitas produksi yang ada.Faktor ketiga adalah adalah adanya kendal suplai terhadap kenaikan atau tekanan harga komoditas yang ada.
Dari laporan tentang World Economic Outlook bulan Oktober 2008 oleh Internatinal Monetary Fund (IMF), divergensi trend secara fundamental menjelaskan variasi perbedaan kinerja pasar (market performance) dari logam dasar (base metal) selama 2008 saat ini. Harga bijih besi naik 66%. Tembaga dan aluminium meningkat kembali sebesar 17 dan 21%. tetapi seng dan nikel turun drastis. Sementara itu, permintaan untuk tembaga dan aluminium, yang umumnya diperdagangkan lebih banyak dari pada jenis logam lainnya, telah melemah. Suplai dari beberapa produser kunci (Chili, China dan Afrika Selatan) telah berkurang dipengaruhi oleh beberapa gangguan dalam produksi mereka.
Ke-depan, diperkirakan bahwa harga logam dasar akan melemah, oleh karena adanya pelemahan pertumbuhan permintaan akibat melambatnya kegiatan industri. Faktor China ternyata juga ada, yaitu menurunya kegiatan konstruksi setelah Olimpiade selesai dilangsungkan di China. Sebagaimana diketahui, sebelum Olimpiade berlangsung, kegiatan konstruksi besar-besaran dilakukan di China yang mendorong meroketnya permintaan komoditas logam dasar.
Dibandingkan minggu sebelumnya, harga beberapa komoditas logam pada penutupan Rabu, 15 Oktober 2008 di London Metal Exchange, menunjukkan penurunan dibandingkan minggu sebelumnya: tembaga 4914 USD/metric ton; aluminium 2130,5 USD/metric ton; nikel 11740 USD/metric ton; timah 14045 USD/metric ton; emas 855,4 USD/troy oz; perak 10.54 USD/troy oz. Di jakarta Emas murni diperdagangkan pada harga Rp 273.000 per gram dan perak murni sebesar Rp. 4.200.000 per kg. (Oleh: Edpraso, DJMBP).
sumber: