BUMI Tuntaskan Akuisisi Sisa Saham Arutmin
|
JAKARTA - Media "Saat ini kami sedang menunggu pinjaman dari sindikasi bank asing. Manajemen berharap memperoleh dana pinjaman sebesar US$230 juta. Dana akuisisi disediakan US$31,5 juta dan nilai utang yang di-refinancing sebesar US$161 juta," kata Direktur Keuangan BUMI, Eddie J Soebari, usai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) BUMI, akhir pekan lalu. Menurut Eddie, utang pokok BUMI kepada Bank Mandiri dan CSFB adalah US$40 juta yang jatuh tempo pada 24 April 2004 dan US$58 juta yang jatuh tempo 8 Maret 2004. Utang tersebut merupakan utang dari anak perusahaan, yakni PT Arutmin. Untuk mendapatkan pinjaman tersebut, lanjut Eddie, pihaknya akan menjaminkan aset yang dimiliki perseroan seperti inventaris di pelabuhan dan menggadaikan saham. Namun, Eddie tidak menyebutkan berapa nilai jaminan tersebut. Tetapi tidak banyak berubah dari jaminan pinjaman terdahulu. Selain untuk refinancing utang dan akuisisi, Eddie mengatakan dana pinjaman tersebut akan digunakan untuk membayar kewajiban BUMI sebesar US$30 juta serta utang kepada kontraktor sebesar US$30 juta. Pinjaman sindikasi baru ini telah mendapatkan persetujuan dari pemegang saham pada RUPS akhir pekan lalu (Jumat, 27/2). Eddie mengungkapkan permintaan persetujuan baru dilakukan manajemen karena kreditor bertambah dan mereka meminta paripasu (batasan) agar nama mereka dimasukkan ke dalam jaminan. Meskipun demikian, Eddie juga menjelaskan pihaknya saat ini masih memilih pinjaman sindikasi untuk melakukan refinancing. Rencananya, perusahaan akan mencari struktur modal terbaik, apakah melalui penerbitan obligasi atau penerbitan saham baru secara terbatas (rights issue). Sebelumnya, pada 2003, BUMI merencanakan mengakuisisi penuh saham PT Arutmin. Namun, rencana tersebut tidak dapat dilaksanakan karena perseroan sedang menyelesaikan pembelian 100% saham PT Kaltim Prima Coal (KPC) dari Rio Tinto dan BP. Lebih lanjut Eddie menjelaskan, dana yang dikeluarkan BUMI saat mengakuisisi 80% saham PT Arutmin mencapai US$145 juta. Sementara itu, pemilik 20% sisa saham yang akan dibeli adalah PT Ekakarsa Yasakarya Kontribusi PT Arutmin yang bergerak di bidang pertambangan batu bara terhadap laba dan pendapatan BUMI mencapai 98%. Sedangkan aset BUMI sendiri sebesar 80% berasal dari PT Arutmin. Saat ditanya mengenai penyelesaian divestasi 18,6% saham PT KPC kepada Pemkab Kutai Timur, Eddie mengatakan, hingga saat ini belum selesai (closing). Kendati demikian, perseroan akan mendapat dana sebesar US$104 juta. Karena itu, pada tahun ini, BUMI menargetkan pendapatan sebesar US$940 juta karena telah memasukkan kontribusi PT KPC terutama pada kuartal pertama dan kedua 2004. Sementara tahun lalu pendapatan perseroan hanya sekitar US$400juta-US$500 juta dan belum termasuk dari PT KPC. Hal itu diakibatkan pembelian saham PT KPC pada Oktober 2003 masih masuk dalam transisi pasar. Apalagi pada saat itu terjadi pemogokan karyawan di PT KPC sehingga mengalami penurunan produksi. |