4 Bank investasi berebut lakukan studi kelayakan Antam

4 Bank investasi berebut lakukan studi kelayakan Antam

 

Bisnis, 3 Agustus 2005

 

JAKARTA: Sedikitnya empat bank investasi dari enam perusahaan yang diundang PT Aneka Tambang Tbk, bersaing untuk dipilih melakukan studi kelayakan pembelian 9,36% saham pemerintah di PT Freeport Indonesia.

Empat perusahaan itu meliputi ABN Amro, CLSA, UBS Warburg, dan Merrill Lynch. Sementara CSFB dan JP Morgan mengundurkan diri.

Satu bankir investasi lokal yang dekat dengan pemerintah dan BUMN pertambangan mengatakan dua bank investasi tersebut mundur karena proses pemilihan kali ini hanya mengarah kepada studi kelayakan.

"Mereka berpikir untuk apa ikut, kalau hanya ditunjuk untuk melakukan studi kelayakan. Yang diinginkan itu menjadi penasihat keuangan Antam. sehingga kini tinggal empat perusahaan yang bersaing," ungkap dia.

Manajemen Antam dalam laporan kuartalan kepada pemegang saham menyebutkan perusahaan akan segera menunjuk konsultan independen dan memulai evaluasi mendetail mengenai transaksi pembelian saham pemerintah di Freeport itu.

Perseoran akan membeli saham Freeport itu jika dalam evaluasi itu diperoleh nilai tambah bagi perusahaan dan pemegang saham.

Dalam hal pembelian saham Freeport milik pemerintah, Antam memiliki kajian awal yang merekomendasikan hal tersebut dilakukan dalam bentuk pengalihan saham, karena dinilai lebih memungkinkan dan lebih baik bagi perusahaan.

Pemerintah kelak mengalihkan 9,36% saham di Freeport kepada Antam dan menukarkannya dengan saham baru yang akan diterbitkan perusahaan.

Antam diketahui serius mengincar saham Freeport setelah perusahaan memperoleh dukungan dari pemerintah. Dalam proses pembelian saham itu sendiri, perusahaan sebelumnya memiliki sejumlah opsi melakukan pertukaran saham maupun penerbitan saham baru.

Freeport Indonesia kini dimiliki pemerintah Indonesia (9,36%), Indocopper Investama (9,36%), dan Freeport McMoran Copper & Gold Corp (81,28%).

Mengenai kinerja semester I/2005, Antam membukukan penjualan senilai Rp1,31 triliun atau naik ketimbang periode yang sama 2004 sebesar Rp1,29 triliun.

Kontribusi terbesar terhadap kenaikan penjualan tersebut berasal dari pasar ekspor, sementara pasar domestik menyumbang Rp221 miliar, naik dibandingkan 2004 sebesar Rp71 miliar.

Dari sisi kontribusi komoditi, penjualan bijih nikel menjadi penyumbang terbesar terhadap pendapatan perusahaan sebesar 49%, diikuti feronikel 25% dan emas 18%.

Penjualan ekspor, perolehan pada enam bulan pertama 2005 senilai Rp1,09 triliun turun ketimbang tahun sebelumnya Rp1,16 triliun.

Dari sisi produksi, perusahaan dalam semester I tahun ini mengalami penurunan. Produksi feronikel perusahaan turun dari 4.286 pon menjadi 2.730. hal ini diakibatkan penghentian operasional pabrik FeNI II pada Maret.

sumber: