13 Penambang Emas Liar Tewas di Pongkor

BOGOR (Media): Sebanyak 13 gurandil (penambang emas liar) di Gunung Pongkor, Blok Kampung Ciguha, Desa Bantar Karet, Kecamatan Nanggung, Bogor, milik PT Aneka Tambang Tbk, kemarin tewas ketika lubang galian mereka dipenuhi asap tebal dari ban bekas yang terbakar. Nasib puluhan orang lainnya belum diketahui, karena di dalam gua tersebut terdapat sedikitnya 90 gurandil.

Hingga petang kemarin, baru empat jenazah dikirim ke kamar mayat RSU PMI Bogor. Keempatnya adalah jenazah Eman, 30, Abas, 40, Oman, 31, ketiganya warga Desa Pangradin, Kecamatan Jasinga, Bogor, dan Aris Purwadi, 27, karyawan PT Antam. Korban lainnya yang berhasil diidentifikasi tetapi belum sempat dikirim ke RSU PMI Bogor adalah Jabir, 40, Engkus, 28, Yudi Lonong, 20, Iwan, 18 (pengantin baru), Heri, 25, Ian, 20, Agus Bule, 30, Sohe, 30, dan Agus, 31.

Cecep, 29, keluarga Eman (salah satu korban), saat ditemui di RSU PMI Bogor kepada Media memaparkan, kemarin pukul 02.00 WIB ia bersama warga lainnya tiba di lokasi. Mereka bermaksud bergabung dengan para gurandil lainnya yang sudah lebih dulu tiba untuk mencari emas di Gunung Pongkor.

"Para gurandil yang lebih dulu di sana ada yang sudah menambang sejak seminggu lalu. Rombongan kami baru akan masuk ke gua pada dini hari. Eman dan teman-temannya sudah masuk pada Sabtu (28/2) malam," ungkap Cecep.

Setiba di lokasi, Cecep melihat puluhan benda yang diduga ban bekas terbakar tepat di mulut gua berdiameter sekitar 60 cm yang hanya cukup dilalui satu orang itu. Namun, sejumlah gurandil yang berhasil menyelamatkan diri memberi tahu Cecep bahwa banyak rekan meraka terjebak asap tebal di perut gunung emas itu, tepat di level 4 yang letaknya paling puncak. Menurut mereka yang selamat, di dalam gua terdapat sekitar 90 orang yang tengah menambang emas.

Bersama warga dan rekan-rekan lainnya Cecep kemudian menolong korban yang selamat sambil berupaya memadamkan api dari ban bekas, tetapi sia-sia. Api terus membesar.

Hingga pukul 11.00 kemarin, asap masih mengepul. Warga yang berusaha mencari korban kemudian menerobos masuk. Namun, mereka kesulitan mencapai puncak, karena asap tebal memenuhi gua. Bahkan, selepas mulut gua, warga sempat menginjak sejumlah tubuh manusia yang terkapar. Satu demi satu korban yang masih hidup dan sudah tewas dikeluarkan.

Korban tewas yang berhasil dievakuasi warga dari mulut gua berjumlah 13. Korban tewas kemungkinan bertambah, sebab di dalam gua masih banyak gurandil. Diduga mereka tewas akibat kekurangan oksigen dan terinjak-injak sesama rekan yang berusaha menyelamatkan diri.

Sudah dilarang

Berdasarkan keterangan korban yang selamat, di dalam gua terdapat sekitar 90 gurandil yang terbagi dalam lima grup. Mereka masuk secara terpisah atau dalam waktu yang tidak bersamaan. Saat mereka masuk ke areal penambangan, kebetulan tidak ada aparat keamanan yang berjaga di lokasi yang sudah dilarang PT Antam untuk dimasuki itu. "Lokasi itu memang sudah ditutup sejak lama," ujar Cecep.

Cecep mengakui para gurandil nekat masuk karena didesak kebutuhan ekonomi. "Jika ketahuan petugas, mereka pasti ditangkap. Namun, saat kejadian tidak ada satu pun aparat keamanan berjaga di sana,"

Menurut Ayub, 27, juga seorang gurandil, mereka yang menjadi korban sudah sejak lama melakukan penggalian. "Ada yang sudah dua tahun. Saya mengira ban bekas yang dibakar itu ada unsur kesengajaan. Ban itu kemungkinan dibakar pada Selasa (2/3) malam."

Kepala Pusat Komando Pengendalian dan Operasi (Kapuskodalops) Polwil Bogor, AKB Made Rumiarsa saat dikonfirmasi mengatakan pihaknya belum menerima laporan mengenai kejadian itu. "Saya belum bisa menjelaskan, karena belum mendapat laporan. Petugas kami masih di lokasi kejadian," kata Made.

Berkaitan dengan musibah itu Corporate Secretary PT Antam, Tambang Dohar Siregar mengatakan pihaknya belum mengetahui kejadian itu secara persis. "Angkanya kita juga belum tahu," ujarnya saat dihubungi Media, kemarin.

Itu sebabnya, kata Dohar, pihaknya masih melakukan pengecekan ke rumah-rumah penambang liar yang berada di kampung dekat areal penambangan. "Saat ini kita masih mengecek ke rumah-rumah untuk mengetahui angka pastinya. Kalau mereka tidak ada di rumah, berarti mereka masih di dalam sana," lanjutnya.

Dohar memperkirakan musibah di tunnel 500 itu disebabkan para penambang liar keracunan asap. "Mereka mungkin mabuk asam karena kebakaran itu. Soalnya, mereka juga sering masak di dalam sana."

Menurut dia, sekalipun dilarang, penduduk sering kali mencuri masuk menuju lokasi yang diduga terdapat bijih emas melalui lubang tikus. Mereka juga sering menggali lubang baru untuk jalan masuk, sementara terowongan tersebut, kondisinya tidak memadai. (HW/DC/Rdn/X-7)

sumber: